Istilah Keris
Dalam budaya perkerisan ada sejumlah istilah yang terdengar asing bagi orang
awam.. Pemahaman akan istilah-istilah ini akan sangat berguna dalam proses
mendalami pengetahuan mengenai keris. Istilah dalam dunia keris, khususnya di
Pulau Jawa, yang sering dipakai: angsar, dapur, pamor, perabot, tangguh,
tanjeg, dan lain sebagainya.
Di bawah ini adalah uraian singkat yang disusun secara alfabetik mengenai
istilah perkerisan. Istilah ini lazim digunakan di Pulau Jawa dan Madura,
tetapi dimengerti dan kadang kala juga digunakan di daerah lainnya, seperti
Sulawesi, Sumatra, dan bahkan di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Angsar
adalah daya kesaktian yang dipercaya oleh sebagian orang terdapat pada sebilah
keris. Daya kesaktian atau daya gaib itu tidak terlihat, tetapi dapat dirasakan
oleh orang yang percaya. Angsar dapat berpengaruh baik atau posistif, bisa pula
sebaliknya.
Pada dasarnya, semua keris ber-angsar baik. Tetapi kadang-kadang, angsar yang
baik itu belum tentu cocok bagi setiap orang. Misalnya, keris yang angsar-nya
baik untuk seorang prajurit, hampir pasti tidak cocok bila dimiliki oleh
seorang pedagang. Keris yang angsar-nya baik untuk seorang pemimpin yang punya
banyak anak buah, tidak sesuai bagi pegawai berpangkat rendah.
Guna mengetahui angsar keris, diperlukan ilmu tanjeg. Sedangkan untuk
mengetahui cocok dan tidaknya seseorang dengan angsar sebuah keris, diperlukan
ilmu tayuh.
Dapur
Adalah istilah yang digunakan untuk menyebut nama bentuk atau type bilah keris.
Dengan menyebut nama dapur keris, orang yang telah paham akan langsung tahu,
bentuk keris yang seperti apa yang dimaksud. Misalnya, seseorang mengatakan:
"Keris itu ber-dapur Tilam Upih", maka yang mendengar langsung tahu,
bahwa keris yang dimaksud adalah keris lurus, bukan keris yang memakai luk.
Lain lagi kalau disebut dapur-nya Sabuk Inten, maka itu pasti keris yang
ber-luk sebelas.
Dunia perkerisan di masyarakat suku bangsa Jawa mengenal lebih dari 145 macam
dapur keris. Namun dari jumlah itu, yang dianggap sebagai dapur keris yang baku
atau mengikuti pakem hanya sekitar 120 macam saja. Serat Centini, salah satu
sumber tertulis, yang dapat dianggap sebagai pedoman dapur keris yang pakem
memuat rincian jumlah dapur keris sbb:
Keris lurus ada 40 macam dapur. Keris luk tiga ada 11 macam. Keris luk lima ada
12 macam. Keris luk tujuh ada 8 macam. Keris luk sembilan ada 13 macam. Keris
luk sebelas ada 10 macam. Keris luk tigabelas ada 11 macam. Keris luk limabelas
ada 3 macam. Keris luk tujuhbelas ada 2 macam. Keris luk sembilan belas, sampai
luk duapuluh sembilan masing-masing ada semacam.
Namun, menurut manuskrip Sejarah Empu, karya Pangeran Wijil, jumlah dapur yang
dianggap pakem lebih banyak lagi. Catatan itu menunjukkan dapur keris lurus ada
44 macam, yang luk tiga ada 13 macam, luk sebelas ada 10 macam, luk tigabelas
ada11 macam, luk limabelas ada 6 macam, luk tujuhbelas ada 2 macam, luk sembilanbelas
sampai luk duapuluh sembilan ada dua macam, dan luk tigapuluh lima ada semacam.
Jumlah dapur yang dikenal sampai dengan dekade tahun 1990-an, lebih banyak
lagi.
Luk
Istilah ini digunakan untuk bilah keris yang tidak lurus, tetapi berkelok atau
berlekuk. Luk pada keris selalu gasal, tidak pernah genap. Hitungannya mulai
dari luk tiga, sampai luk tigabelas. Itu keris yang normal. Jika luknya lebih
dari 13, dianggap sebagai keris yang tidak normal, dan disebut keris kalawijan
atau palawijan.
Jumlah luk pada keris selalu gasal, tidak pernah genap. Selain itu, irama luk
keris dibagi menjadi tiga golongan. Pertama, luk yang kemba atau samar. Kedua,
luk yang sedeng atau sedang. Dan ketiga, luk yang rengkol -- yakni yang irama
luknya tegas.
Mas kawin
Dalam dunia perkerisan adalah pembayaran sejumlah uang atau barang lain,
sebagai syarat transaksi atau pemindahan hak milik atas sebilah keris, pedang,
atau tombak. Dengan kata yang sederhana, mas kawin atau mahar adalah harga.
Istilah mas kawin atau mahar ini timbul karena dalam masyarakat perkerisan
terdapat kepercayaan bahwa isi sebilah keris harus cocok atau jodoh dengan
pemiliknya. Jika isi keris itu jodoh, si pemilik akan mendapat keberuntungan,
sedangkan kalau tidak maka kesialan yang akan diperoleh. Dunia perkerisan juga
mengenal istilah melamar, bilamana seseorang berminat hendak membeli sebuah
keris.
Mendak

adalah sebutan bagi cincin keris, yang berlaku di Pulau Jawa, Bali, dan Madura.
Di daerah lain biasanya digunakan istilah cincin keris. Mendak hampir selalu
dibuat dari bahan logam: emas, perak, kuningan, atau tembaga. Banyak di
antaranya yang dipermewah dengan intan atau berlian. Pada zaman dulu ada juga
mendak yang dibuat dari besi berpamor.
Selain sebagai hiasan kemewahan, mendak juga berfungsi sebagai pembatas antara
bagian hulu keris atau ukiran dengan bagian warangka.
Pamor
Pamor dalam dunia perkerisan memiliki 3 (tiga) macam pengertian. Yang pertama
menyangkut bahan pembuatannya; misalnya: pamor meteorit, pamor Luwu, pamor
nikel, dan pamor sanak. Pengertian yang kedua menyangkut soal bentuk gambaran
atau pola bentuknya. Misalnya: pamor Ngulit Semangka, Beras Wutah, Ri Wader,
Adeg, dan sebagainya. Ketiga, menyangkut soal teknik pembuatannya, misalnya:
pamor mlumah, pamor miring, dan pamor puntiran.
selain itu, ditinjau dari niat sang empu, pola pamor yang terjadi masih dibagi
lagi menjadi dua golongan. Kalau sang empu membuat pamor keris tanpa merekayasa
polanya, maka pola pamor yang terjadi disebut pamor tiban. Orang akan
menganggap bentuk pola pamor itu terjadi karena anugerah Tuhan.
Sebaliknya, jika sang empu lebih dulu membuat rekayasa pla pamornya, disebut
pamor rekan [rékan berasal dari kata réka = rekayasa]. Contoh pamor tiban,
misalnya: Beras wutah, Ngulit Semangka, Pulo Tirta. Contoh pamor rekan,
misalnya: Udan Mas, Ron Genduru, Blarak Sinered, dan Untu Walang.
ada lagi yang disebut pamor titipan atau pamor ceblokan, yakni pamor yang
disusulkan pembuatannya, setelah bilah keris selesai 90 persen. Pola pamor itu
disusulkan pada akhir proses pembuatan keris. Contohnya, pamor Kul Buntet, Batu
Lapak, dll.
Pendok
berfungsi sebagai pelindung atau pelapis gandar, yaitu bagian warangka keris
yang terbuat dari kayu lunak. Namun fungsi pelindung itu kemudian beralih
menjadi sarana penampil kemewahan. Pendok yang sederhana biasanya terbuat dari
kuningan atau tembaga, tetapi yang mewah terbuat dari perak atau emas bertatah
intan berlian.
Bentuk pendok ada beberapa macam, yakni pendok bunton, blewehan, slorok, dan
topengan.
Perabot
Dalam dunia perkerisan, asesoris bilah keris disebut perabot keris.
Perlengkapan atau asesoris itu meliputi warangka atau sarung keris, ukiran atau
hulu keris, mendak atau cincin keris, selut atau pedongkok, dan pendok atau
logam pelapis warangka.
Ricikan
Adalah bagian-bagian atau komponen bilah keris atau tombak. Masing-masing
ricikan keris ada namanya. Dalam dunia perkerisan soal ricikan ini penting,
karena sangat erat kaitannya dengan soal dapur dan tangguh keris.
Sebilah keris ber-dapur Jalak Sangu Tumpeng tanda-tandanya adalah berbilah
lurus, memakai gandik polos, pejetan, sogokan rangkap, tikel alis, dan tingil.
Gandik polos, pejetan, sogokan rangkap, tikel alis, dan tingil, adalah komponen
keris yang disebut ricikan..
Selut
seperti mendak, terbuat dari emas atau perak, bertatahkan permata. Tetapi
fungsi selut terbatas hanya sebagai hiasan yang menampilkan kemewahan. Dilihat
dari bentuk dan ukurannya, selut terbagi menjadi dua jenis, yaitu selut njeruk
pecel yang ukurannya kecil, dan selut njeruk keprok yang lebih besar.
Sebagai catatan; pada tahun 2001, selut nyeruk keprok yang bermata berlian
harganya dapat mencapai lebih dari Rp. 20 juta!
Karena dianggap terlalu menampilkan kemewahan, tidak setiap orang mau
mengenakan keris dengan hiasan selut.

Tangguh
Tangguh arti harfiahnya adalah perkiraan atau taksiran. Dalam dunia perkerisan
maksudnya adalah perkiraan zaman pembuatan bilah keris, perkiraan tempat
pembuatan, atau gaya pembuatannya. Karena hanya merupakan perkiraan, me-nangguh
keris bisa saja salah atau keliru. Kalau sebilah keris disebut tangguh
Blambangan, padahal sebenarnya tangguh Majapahit, orang akan memaklumi
kekeliruan tersebut, karena bentuk keris dari kedua tangguh itu memang mirip.
Tetapi jika sebuah keris buatan baru di-tangguh keris Jenggala, maka jelas ia
bukan seorang ahli tangguh yang baik.
Walaupun sebuah perkiraan, tidak sembarang orang bisa menentukan tangguh keris.
Untuk itu ia perlu belajar dari seorang ahli tangguh, dan mengamati secara
cermat ribuan bilah keris. Ia juga harus memiliki photographic memory yang
kuat.
Mas Ngabehi Wirasoekadga, abdidalem Keraton Kasunanan Surakarta, dalam bukunya
Panangguhing Duwung (Sadubudi, Solo, 1955) membagi tangguh keris menjadi 20
tangguh. Ia tidak menyebut tentang tangguh Yogyakarta, melainkan tangguh
Ngenta-enta, yang terletak di dekat Yogya. Keduapuluh tangguh itu adalah:
1. Pajajaran 2. Tuban 3. Madura 4. Blambangan 5. Majapahit
6. Sedayu 7. Jenu 8. Tiris-dayu 9. Setra-banyu 10. Madiun
11. Demak 12. Kudus 13. Cirebon 14. Pajang 15. Pajang
16. Mataram 17. Ngenta-enta,Yogyakarta 18. Kartasura 19. Surakarta
Keris Buda dan tangguh kabudan, walaupun di kenal masyarakat secara luas, tidak
dimasukan dalam buku buku yang memuat soal tangguh. Mungkin, karena dapur keris
yang di anggap masuk dalam tangguh Kabudan dan hanya sedikit, hanya dua macam
bentuk, yakni jalak buda dan betok buda.
Sementara itu Bambang Harsrinuksmo dalam Ensiklopedi Keris (Gramedia, Jakarta
2004) membagi periodisasi keris menjadi 22 tangguh, yaitu:
1. Tangguh Segaluh 2. Tangguh Pajajaran
3. Tangguh Kahuripan 4. Tangguh Jenggala
5. Tangguh Singasari 6. Tangguh Majapahit
7. Tangguh Madura 8. Tangguh Blambangan
9. Tangguh Sedayu 10. Tangguh Tuban
11. Tangguh Sendang 12. Tangguh Pengging
13. Tangguh Demak 14. Tangguh Panjang
15. Tangguh Madiun 16. Tangguh Koripan
17. Tangguh Mataram Senopaten 18. Mataram Sultan Agung
19. Mataram Amangkuratan 20. Tangguh Cirebon
21. Tangguh Surakarta 22. Tangguh Yogyakarta
Ada lagi sebuah periode keris yang amat mudah di-tangguh, yakni tangguh Buda.
Keris Buda mudah dikenali karena bilahnya selalu pendek, lebar, tebal, dan
berat. Yang sulit membedakannya adalah antara yang aseli dan yang palsu.
Tanjeg
adalah perkiraan manfaat atau tuah keris, tombak, atau tosan aji lainnya.
Sebagian pecinta keris percaya bahwa keris memiliki 'isi' yang disebut angsar.
Kegunaan atau manfaat angsar keris ini banyak macamnya. Ada yang menambah rasa
percaya diri, ada yang membuat lebih luwes dalam pergaulan, ada yang membuat
nasihatnya di dengar orang. Untuk mengetahui segala manfaat angsar itu,
diperlukan ilmu tanjeg. Dalam dunia perkerisan, ilmu tanjeg termasuk esoteri
keris.
Tayuh
Merupakan perkiraan tentang cocok atau tidaknya, angsar sebilah keris dengan
(calon) pemiliknya. Sebelum memutuskan, apakah keris itu akan dibeli (dibayar
mas kawinnya), si peminat biasanya terlebih dulu akan me- tayuh atas keris itu.
Tujuannya untuk mengetahui, apakah keris itu cocok atau berjodoh dengan
dirinya.
Ukiran
Kata ukiran dalam dunia perkerisan adalah gagang atau hilt. Berbeda artinya
dari kata 'ukiran' dalam bahasa Indonesia yang padanannya ialah carved atau
engraved. Gagang keris di Bali disebut danganan, di Madura disebut landheyan,
di Surakarta disebut jejeran, di Yogyakarta disebut deder. Sedangkan daerah
lain di Indonesia dan Malaysia, Singapura, serta Brunei Darussalam disebut hulu
keris.
Javakeris memakai istilah ukiran dan hulu keris mengingat semua daerah itu juga
mengenal dan memahami arti kata ukiran dalam perkerisan. Bentuk ukiran atau
hulu keris di setiap daerah berbeda satu sama lain.
Di bawah ini adalah contoh bentuk hulu keris dari beberapa daerah.

Warangka
Atau sarung keris kebanyakan terbuat dari kayu yang berserat dan bertekstur
indah. Namun di beberapa daerah ada juga warangka keris yang dibuat dari
gading, tanduk kerbau, dan bahkan dari fosil binatang purba. Warangka keris
selalu dibuat indah dan sering kali juga mewah. Itulah sebabnya, warangka juga
dapat digunakan untuk memperlihatkan status sosial ekonomi pemiliknya.
Bentuk warangka keris berbeda antara satu daerah dengan lainnya. Bahkan pada
satu daerah seringkali terdapat beberapa macam bentuk warangka. Perbedaan
bentuk warangka ini membuat orang mudah membedakan, sekaligus mengenali
keris-keris yang berasal dari Bali, Palembang, Riau, Madura, Jawa, Bugis, Bima,
atau Malaysia.
Berikut adalah jenis-jenis warangka dari berbagai daerah perkerisan:
Warangka Surakarta
Biasanya terbuat dari kayu cendana wangi atau cendana Sumbawa (sandalwood -
Santalum Album L.) Pilihan kedua adalah kayu trembalo, setelah itu kayu timaha
pelet.
Warangka ladrang terbagi menjadi empat wanda utama, yaitu Ladrang Kasatriyan,
Ladrang Kadipaten, Ladrang Capu, dan Ladrang Kacir. Dua wanda yang terakhir
sudah jarang dibuat, sehingga kini menjadi langka.
Warangka ladrang adalah jenis warangka yang dikenakan untuk menghadiri suatu
upacara, pesta, dan si pemakai tidak sedang melaksanakan suatu tugas. Bila
dibandingkan pada pakaian militer, warangka ladrang tergolong Pakaian Dinas
Upacara (PDU).

Selain ladrang, di Surakarta juga ada warangka gayaman, yang dikenakan pada
saat orang sedang melakukan suatu tugas. Misalnya, sedang menjadi panitia
pernikahan, sedang menabuh gamelan, atau sedang mendalang. Prajurit keraton
yang sedang bertugas selalu mengenakan keris dengan warangka gayaman.

Warangka gayaman Surakarta juga ada beberapa jenis, di antaranya: Gayaman
Gandon, Gayaman Pelokan, Gayaman Ladrang, Gayaman Bancigan, Gayaman Wayang.
Jenis warangka yang ketiga adalah warangka Sandang Walikat. Bentuknya sederhana
dan tidak gampang rusak. Warangka jenis inilah yang digunakan manakala
seseorang membawa (bukan mengenakan) sebilah keris dalam perjalanan.

Warangka Yogyakarta
Bentuk warangka di Yogyakarta mirip dengan Surakarta, hanya ukurannya agak
lebih kecil, gayanya lebih singset. Yang bentuknya serupa dengan warangka
ladrang, di Yogyakarta disebut branggah. Kayu pembuat warangka branggah di
Yogyakarta adalah kayu trembalo dan timaha. Sebenarnya penggunaan warangka
branggah di Yogyakarta sama dengan warangka ladrang di Surakarta, tetapi
beberapa dekade ini norma itu sudah tidak terlalu ketat di masyarakat.
Jenis bentuk warangka Yogyakarta lainnya adalah gayaman. Dulu ada lebih kurang
delapan jenis warangka gayaman, tetapi kini hanya dua jenis wanda warangka yang
populer, yakni gayaman ngabehan dan gayaman banaran. Warangka gayaman dikenakan
pada saat seseorang tidak sedang mengikuti suatu upacara.
Jenis bentuk warangka yang ketiga adalah sandang walikat, yang boleh dibilang
sama bentuknya dengan sandang walikat gaya Surakarta.
Sumber Artikel Dari : Java Keris
http://www.javakeris.com
Tentang
Keris
Makna Keris dalam Budaya Jawa
Keris ialah sejenis senjata pendek kebangsaan Melayu yang digunakan sejak
melebihi 600 tahun dahulu. Senjata ini memang unik di dunia Melayu dan boleh
didapati di kawasan berpenduduk Melayu seperti Malaysia, Indonesia, Singapura,
Thailand Selatan, Filipina Selatan(Mindanao), dan Brunei.
Keris digunakan untuk mempertahankan diri (misalnya sewaktu bersilat) dan
sebagai alat kebesaran diraja. Senjata ini juga merupakan lambang kedaulatan
orang Melayu. Keris yang paling masyhur ialah keris Taming Sari yang merupakan
senjata Hang Tuah, seorang pahlawan Melayu yang terkenal.
Keris berasal dari Kepulauan Jawa dan keris purba telah digunakan antara abad
ke-9 dan abad ke-14. Senjata ini terbahagi kepada tiga bahagian, yaitu mata,
hulu dan sarung. Keris sering dikaitkan dengan kuasa mistik oleh orang Melayu
pada zaman dahulu. Antara lain, terdapat kepercayaan bahawa keris mempunyai
semangatnya yang tersendiri.
Keris menurut amalan Melayu tradisional perlu dijaga dengan cara diperasapkan
pada masa-masa tertentu, malam Jumat misalnya. Ada juga amalan
mengasam-limaukan keris sebagai cara untuk menjaga logam keris dan juga untuk
menambah bisanya.
Ada pepatah yang menyatakan :
"Penghargaan terhadap diri seseorang tergantung dari busana yang
dikenakannya."
Mungkin pepatah itu lahir dari pandangan psikolog yang mendasarkan pada
kerapian, kebersihan busana yang dipakai seseorang itu menunjukkan watak atau
karakter yang ada dalam diri orang itu.Di kalangan masyarakat Jawa Tengah pada
umumnya untuk suatu perhelatan tertentu, misalnya pada upacara perkawinan, para
kaum prianya harus mengenakan busana Jawi jangkep (busana Jawa lengkap).
Dan kewajiban itu harus ditaati terutama oleh mempelai pria, yaitu harus
menggunakan/memakai busana pengantin gaya Jawa yaitu berkain batik, baju pengantin,
tutup kepala (kuluk) dan juga sebilah keris diselipkan di pinggang. Mengapa
harus keris? Karena keris itu oleh kalangan masyarakat di Jawa dilambangkan
sebagai symbol "kejantanan." Dan terkadang apabila karena suatu sebab
pengantin prianya berhalangan hadir dalam upacara temu pengantin, maka ia
diwakili sebilah keris. Keris merupakan lambang pusaka.
Pandangan ini sebenarnya berawal dari kepercayaan masyarakat Jawa dulu, bahwa
awal mula eksistensi mahkluk di bumi atau di dunia bersumber dari filsafat
agraris, yaitu dari menyatunya unsur lelaki dengan unsur perempuan. Di dunia
ini Allah Swt, menciptakan makhluk dalam dua jenis seks yaitu lelaki dan
perempuan, baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. Kepercayaan pada
filsafat agraris ini sangat mendasar di lingkungan keluarga besar Karaton di
Jawa, seperti Karaton Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, dan
lain-lain. Kepercayaan itu mulanya dari Hinduisme yang pernah dianut oleh
masyarakat di Jawa. Lalu muncul pula kepercayaan tentang bapa angkasa dan ibu
bumi/pertiwi. Yang juga dekat dengan kepercayaan filsafat agraris di masyarakat
Jawa terwujud dalam bentuk upacara kirab pusaka pada menjelang 1 Sura dalam
kalender Jawa dengan mengkirabkan pusaka unggulan Karaton yang terdiri dari
senjata tajam: tombak pusaka, pisau besar (bendho). Arak-arakan pengirab
senjata pusaka unggulan Karaton berjalan mengelilingi komplek Karaton sambil
memusatkan pikiran, perasaan, memuji dan memohon kepada Sang Maha Pencipta alam
semesta, untuk beroleh perlindungan, kebahagiaan, kesejahteraan lahir dan
batin.
Fungsi utama dari senjata tajam pusaka dulu adalah alat untuk membela diri dari
serangan musuh, dan binatang atau untuk membunuh musuh. Namun kemudian fungsi
dari senjata tajam seperti keris pusaka atau tombak pusaka itu berubah. Di masa
damai, kadang orang menggunakan keris hanya sebagai kelengkapan busana upacara
kebesaran saat temu pengantin. Maka keris pun dihias dengan intan atau berlian
pada pangkal hulu keris. Bahkan sarungnya yang terbuat dari logam diukir
sedemikian indah, berlapis emas berkilauan sebagaikebanggaan pemakainya. Lalu,
tak urung keris itu menjadi komoditi bisnis yang tinggi nilainya.
Tosan Aji atau senjata pusaka itu bukan hanya keris dan tombak khas Jawa
saja,melainkan hampir seluruh daerah di Indonesia memiliki senjata tajam pusaka
andalan,seperti rencong di Aceh, badik di Makasar, pedang, tombak berujung tiga
(trisula), keris bali, dan lain-lain.
Ketika Sultan Agung menyerang Kadipaten Pati dengan gelar perang Garudha
Nglayang, Supit Urang, Wukir Jaladri, atau gelar Dirada Meta, prajurit yang
mendampingi menggunakan senjata tombak yang wajahnya diukir gambar kalacakra.
Keris pusaka atau tombak pusaka yang merupakan pusaka unggulan itu keampuhannya
bukan saja karena dibuat dari unsur besi baja, besi, nikel, bahkan dicampur
dengan unsure batu meteorid yang jatuh dari angkasa sehingga kokoh kuat, tetapi
cara pembuatannya disertai dengan iringan doa kepada Sang Maha Pencipta Alam
(Allah SWT) dengan suatu upaya spiritual oleh Sang Empu.
Sehingga kekuatan spiritual Sang Maha Pencipta Alam itu pun dipercayai orang
sebagai kekuatan magis atau mengandung tuah sehingga dapat mempengaruhi pihak
lawan menjadi ketakutan kepada pemakai senjata pusaka itu. Pernah ada suatu
pendapat yang berdasarkan pada tes ilmiah terhadap keris pusaka dan dinyatakan
bahwa keris pusaka itu mengeluarkan energi/kekuatan yang tidak kasat mata (tak
tampak dengan mata biasa). Yang menarik hati adalah keris yang dipakai untuk
kelengkapan busana pengantin pria khas Jawa. Keris itu dihiasi dengan untaian
bunga mawar melati yang dikalungkan pada hulu batang keris. Ternyata itu bukan
hanya sekedar hiasan, melainkan mengandung makna untuk mengingatkan orang agar
jangan memiliki watak beringas, emosional, pemarah, adigang-adigung-adiguna,
sewenang-wenang dan mau menangnya sendiri seperti watak Harya Penangsang.
Kaitannya dengan Harya Penangsang ialah saat Harya Penangsang berperang melawan
Sutawijaya, karena Penangsang pemarah, emosional, tidak bisa menahan diri,
perutnya tertusuk tombak Kyai Plered yang dihujamkan oleh Sutawijaya. Usus
keluar dari perutnya yang robek. Dalam keadaan ingin balas dendam dengan penuh
kemarahan Penangsang yang sudah kesakitan itu mengalungkan ususnya ke hulu
keris di pinggangnya. Ia terus menyerang musuhnya. Pada suatu saat Penangsang
akan menusuk lawannya dengan keris Kyai Setan Kober di bagian pinggang, begitu
keris dihunus, ususnya terputus oleh mata keris pusakanya. Penangsang mati
dalam perang dahsyat yang menelan banyak korban. Dari peristiwa itulah muncul
ide keris pengantin dengan hiasan untaian bunga mawar dan melati.
Tosan aji atau senjata pusaka seperti tombak, keris dan lain-lain itu bisa
menimbulkan rasa keberanian yang luar biasa kepada pemilik atau pembawanya.
Orang menyebut itu sebagai piyandel, penambah kepercayaan diri, bahkan keris
pusaka atau tombak pusaka yang diberikan oleh Sang Raja terhadap bangsawan
Karaton itu mengandung kepercayaan Sang Raja terhadap bangsawan unggulan itu.
Namun manakala kepercayaan sang raja itu dirusak oleh perilaku buruk sang
adipati yang diberi keris tersebut, maka keris pusaka pemberian itu akan
ditarik/diminta kembali oleh sang raja.
Hubungan keris dengan sarungnya secara khusus oleh masyarakat Jawa diartikan
secara filosofi sebagai hubungan akrab, menyatu untuk mencapai keharmonisan
hidup di dunia. Maka lahirlah filosofi "manunggaling kawula – Gusti",
bersatunya abdi dengan rajanya, bersatunya insan kamil dengan Penciptanya,
bersatunya rakyat dengan pemimpinnya, sehingga kehidupan selalu aman damai,
tentram, bahagia, sehat sejahtera. Selain saling menghormati satu dengan yang
lain masing-masing juga harus tahu diri untuk berkarya sesuai dengan porsi dan
fungsinya masing-masing secara benar. Namun demikian, makna yang dalam dari
tosan aji sebagai karya seni budaya nasional yang mengandung pelbagai aspek
dalam kehidupan masyarakat Jawa pada umumnya,kini terancam perkembangannya
karena aspek teknologi sebagai sahabat budayanya kurang diminati ketimbang
aspek legenda dan magisnya.
Empu Dari Zaman Ke Zaman
Dua arti dalam istilah empu, pertama dapat berarti sebutan kehormatan misalnya
Empu Sedah atau Empu Panuluh. Arti yang kedua adalah ‘Ahli’ dalam pembuatan
‘Keris’. Dalam kesempatan ini, Empu yang kami bicarakan adalah seseorang yang
ahli dalam pembuatan keris. Dengan tercatatatnya berbagai nama ‘keris’ pastilah
ada yang membuat. Pertama-tama yang harus diketahui adalah tahapan zaman
terlahirnya ‘keris’ itu, kemudian meneliti bahan keris, dan ciri khas sistem
pembuatan keris. Ilmu untuk kepentingan itu dinamakan ‘Tangguh’. Dengan ilmu
tangguh itu, kita dapat mengenali nama-nama para Empu dan hasil karyanya yang
berupa bilahan-bilahan keris, pedang, tombak, dan lain-lainnya. Adapun
pembagian tahapan-tahapan zaman itu adalah sebagai berikut:
1. Kuno (Budho) tahun 125 M – 1125 M
meliputi kerajaan-kerajaan: Purwacarita, Medang Siwanda, medang Kamulan,
Tulisan, Gilingwesi, Mamenang, Penggiling Wiraradya, Kahuripan dan Kediri.
2. Madyo Kuno (Kuno Pertengahan) tahun 1126 M – 1250 M.
Meliputi kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Pajajaran dan Cirebon.
3. Sepuh Tengah (Tua Pertengahan) tahun 1251 M – 1459 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Jenggala, Kediri, Tuban, Madura, Majapahit dan
Blambangan.
4. Tengahan (Pertengahan) tahun 1460 M – 1613 M
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Demak, Pajang, Madiun, dan Mataram
5. Nom (Muda) tahun 1614 M. Sampai sekarang
Meliputi Kerajaan-kerajaan : Kartasura dan Surakarta.
Telah kami ketengahkan tahapan-tahapan zaman Kerajaan yang mempunyai hubungan
langsung dengan tahapan zaman Perkerisan, dengan demikian pada setiap zaman
kerajaan itu terdapat beberapa orang Eyang yang bertugas untuk menciptakan
keris.
Keris-keris ciptaan Empu itu setiap zaman mempunyai ciri-ciri khas tersendiri.
Sehingga para Pendata benda pusaka itu tidak kebingungan. Ciri khas terletak
pada segi garap dan kwalitas besinya. Kwalitas besi merupakan ciri khas yang
paling menonjol, sesuai dengan tingkat sistem pengolahan besi pada zaman itu,
juga penggunaan bahan ‘Pamor’ yang mempunyai tahapan-tahapan pula. Bahan pamor
yang mula-mula dipergunakan batu ‘meteor atau batu bintang’ yang dihancurkan
dengan menumbuknya hingga seperti tepung kemudian kita mengenali titanium
semacam besi warnanya keputihan seperti perak, besi titanium dipergunakan pula
sebagai bahan pamor. Titanium mempunyai sifat keras dan tidak dapat berkarat,
sehingga baik sekali untuk bahan pamor. Sesuai dengan asalnya di Prambanan maka
pamor tersebut dinamakan pamor Prambanan. Keris dengan pamor Prambanan dapat
dipastikan bahwa keris tersebut termasuk bertangguh Nom. Karena diketemukannya
bahan pamor Prambanan itu pada jaman Kerajaan Mataram Kartasura (1680-1744).
Keris Diakui Dunia
Setelah wayang pada tahun 2003, kini giliran keris Indonesia diakui sebagai
salah satu warisan budaya dunia yang mesti dilestarikan. Pengakuan UNESCO di
Paris 25 November 2005 itu tentu merupakan percikan berita segar di tengah
serba keterpurukan Indonesia akhir-akhir ini.
Keris, seperti juga teater Kabuki dari Jepang, pentas tradisional India—
Ramlila yang mengetengahkan epik Ramayana—Samba dari Brasil, Mak Yong dari
Melayu, ”Masih hidup dan dihayati, tradisi masih berlanjut. Berbeda dengan
budaya samurai di Jepang yang kini sudah mati,” ungkap Direktur Jenderal
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(UNESCO) Koichiro Matsuura, yang ditemui Kompas pekan lalu, beberapa saat
setelah menyerahkan sertifikat pengakuan UNESCO itu kepada Wakil Presiden Jusuf
Kalla di Jakarta.
Sebenarnya ada 64 warisan budaya yang diusulkan berbagai negara untuk diakui
sebagai warisan dunia oleh UNESCO tahun ini. Akan tetapi, setelah melalui
penilaian para juri yang bersidang pada 20-24 November 2005 dengan ketua Putri
Basma binti Talal dari Jordania, hanya 43 yang diakui sebagai warisan budaya
oral serta nonbendawi manusia (intangible cultural heritage of humanity).
Sementara mahakarya (masterpiece) yang diakui UNESCO tahun 2001 serta tahun
2003, termasuk wayang, jumlahnya 47. Maka, total mahakarya warisan budaya dunia
yang diakui 90. ”Proklamasi yang ketiga kali ini kemungkinan adalah yang
terakhir. Konvensi akan segera dilaksanakan segera setelah 30 negara memiliki
instrumen ratifikasi dan disetujui, seperti yang sudah dilakukan 26 negara
sebelumnya,” ungkap Matsuura. Ratusan ribu dollar AS per tahun diperkirakan akan
mengalir guna melestarikan keris Indonesia dan juga wayang.
”Lewat momentum penghargaan UNESCO ini mestinya kita menata kembali pandangan
tentang keris,” ungkap Ir Haryono Haryoguritno, pakar keris yang memimpin tim
riset pustaka dan lapangan juga diskusi selama setahun sejak Agustus 2004.
Laporan keris
Setelah mendatangi komunitas perkerisan di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura,
Bali, dan Lombok, Haryono yang dibantu Waluyo Wijayatno dari perkumpulan
penggemar keris Damartaji dan warga negara Indonesia asal Australia, Gaura
Mancacaritadipura, merangkumnya dalam sebuah laporan tebal untuk UNESCO. Juga
diserahkan film budaya perkerisan yang berdurasi 10 menit serta 120 menit.
Kalau selama ini banyak media cetak maupun elektronik lebih sering mengekspos ”pandangan-pandangan
miring” yang dihubungkan dengan mistik buruk keris (dalam sinetron-sinetron
perdukunan), maka menurut Haryono, semestinya kini Indonesia juga menyadari
betapa dunia ternyata menghargai warisan budaya nenek moyang yang dalam
beberapa kesempatan sering disingkirkan oleh bangsa Indonesia sendiri.
”Keris, selama ini sering digambarkan di (sinetron-sinetron) televisi, bisa
terbang, atau bersinar-sinar, dan lekat dengan dunia dukun,” kata Waluyo.
Atau kalangan awam, yang selalu menghubungkan sosok keris dengan Empu Gandring
serta dongeng Ken Arok, yang membunuh empu pembikinnya tersebut dengan keris
yang dipesannya. Sang empu mengutuk, keris yang sebenarnya belum selesai
dibikin itu akan makan korban tujuh turunan, termasuk Ken Arok sendiri. Keris
selama ini dipandang dekat dengan dunia perdukunan, sementara negeri tetangga,
Singapura, malah sudah lebih dulu memakai identitas keris sebagai kebanggaan
mereka. Maskapai penerbangan negeri ini, Singapore Airlines, memakai Kris
Lounge sebagai ruang tunggu VIP bagi para penumpangnya di bandar udara. Atau
KrisFlyer, sebuah layanan bagi mereka yang sering menggunakan jasa maskapai
tersebut. KrisMagazine untuk majalah mereka, dan KrisShop untuk layanan jualan
suvenir mereka di pesawat.
Karya Agung
UNESCO memandang keris memiliki nilai luar biasa sebagai karya agung ciptaan
manusia. Selain berakar dalam tradisi budaya dan sejarah masyarakat Indonesia,
keris juga masih berperan sebagai jati diri bangsa, sumber inspirasi budaya,
dan masih berperan sosial di masyarakat. Jika usulan wayang sampai empat kali
dikembalikan laporannya—sebelum diakui sebagai warisan dunia 2003—usulan keris
langsung diterima.
”Indonesia perlu bangga,” ungkap Matsuura, yang sempat mengoreksi cara seorang
pejabat Indonesia menarik sebilah keris dari warangkanya itu. Meski orang
Jepang, Matsuura lebih berminat terhadap produk budaya asal Indonesia ini.
Tidak sekadar tahu.
Anatomi atau Ricikan Keris
Anatorni keris dikenal juga dengan istilah ricikan keris. Berikut ini akan
diuraikan anatorni keris satu persatu:
1. Ron Dha, yaitu ornamen pada huruf Jawa Dha.
2. Sraweyan, yaitu dataran yang merendah di belakang sogogwi, di atas ganja.
3. Bungkul, bentuknya seperti bawang, terletak di tengah-tengah dasar bilah dan
di atas ga~qa.
4. Pejetan, bentuknya seperti bekas pijatan ibu jari yang terletak di belakang
gandik.
5. Lambe Gajah, bentuknya menyerupai bibir gajah. Ada yang rangkap dan Ietaknya
menempel pada gandik.
6. Gandik, berbentuk penebalan agak bulat yang memanjang dan terletak di atas
sirah cecak atau ujung ganja.
7. Kembang Kacang, menyerupai belalai gajah dan terletak di gandik bagian atas.
8. Jalen, menyerupai taji ayam jago yang menempel di gandik.
9. Greneng, yaitu ornamen berbentuk huruf Jawa Dha ( ) yang berderet.
10. Tikel Alis, terletak di atas pejetan dan bentuknya rnirip alis mata.
11. Janur, bentuk lingir di antara dua sogokan.
12. Sogokan depan, bentuk alur dan merupakan kepanjangan dari pejetan.
13. Sogokan belakang, bentuk alur yang terletak pada bagian belakang.
14. Pudhak sategal, yaitu sepasang bentuk menajam yang keluar dari bilah bagian
kiri dan kanan.
15. Poyuhan, bentuk yang menebal di ujung sogokan.
16. Landep, yaitu bagian yang tajam pada bilah keris.
17. Gusen, terletak di be!akang landep, bentuknya memanjang dari sor-soran
sampai pucuk.
18. Gula Milir, bentuk yang meninggi di antara gusen dan kruwingan.
19. Kruwingan, dataran yang terietak di kiri dan kanan adha-adha.
20. Adha-adha, penebalan pada pertengahan bilah dari bawah sampal ke atas.
Kekuatan Simbolik Keris Terletak pada "Pamor"
Keris tidak dapat terpisahkan dengan peradaban Jawa. Dalam pandangan masyarakat
Jawa, keris atau curiga merupakan salah satu pusaka kelengkapan budaya.
Kekuatan simbolik keris dipercayai masyarakat Jawa terletak pada pamor, yaitu
bahan campuran pembuatan keris berupa besi meteor. Jenis bahan ini mengandung
unsur besi dan nikel.
"Pamor adalah benda berasal dari angkasa. Di antara besi pamor terkenal
adalah 'pamor Prambanan'. Disebut demikian karena meteor ini jatuh di daerah Prambanan
sekitar tahun 1784 di masa pemerintahan Susuhunan Paku Buwana III di
Surakarta," demikian kata Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Dr
Timbul Haryono MSc dalam pidato pengukuhannya di depan Rapat Senat Terbuka UGM,
Sabtu (27/4). Dosen Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya dan Pascasarjana UGM
itu membawakan pidato berjudul "Logam dan Peradaban Manusia dalam
Perspektif Historis- Arkeologis".
Dikatakan Timbul, pamor tersebut sampai sekarang masih disimpan di Keraton
Surakarta dan diberi nama Kiai Pamor. Penelitian laboratoris terhadap meteor
itu menunjukkan kandungan unsurnya adalah 94,5 persen besi dan 5 persen nikel.
Jenis batu pamor lainnya adalah pamor Luwu yang asalnya dari Kabupaten Luwu,
Sulawesi Selatan. Berdasarkan bahan pembuatan keris, proses pembuatan keris
peradaban Jawa secara simbolik identik dengan konsep persatuan "bapa
akasa-ibu pertiwi". Bahan besi diperoleh dari perut Bumi (Ibu Pertiwi) dan
bahan pamor adalah meteor jatuh dari angkasa (bapa akasa). Keduanya kemudian
disatukan menjadi senjata keris
Makna Design Keris
PULANG GENI merupakan salah satu dapur keris yang populer dan banyak dikenal
karena memiliki padan nama dengan pusaka Arjuna. Pulang Geni bermakna Ratus
atau Dupa atau juga Kemenyan. Bahwa manusia hidup harus berusaha memiliki nama
harum dengan berperilaku yang baik, suka tolong menolong dan mengisi hidupnya
dengan hal-hal atau aktifitas yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Dengan
berkelakuan yang baik dan selalu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi
orang banyak, tentu namanya akan selalu dikenang walaupun orang tersebut sudah
meninggal. Oleh karena itu, Keris dapur Pulang Geni umumnya banyak dimiliki
oleh para pahlawan atau pejuang.
KIDANG SOKA memiliki makna Kijang yang berduka. Bahwa hidup manusia akan selalu
ada Duka, tetapi manusia diingatkan agar tidak terlalu larut dalam duka yang
dialaminya. Kehidupan masih terus berjalan dan harus terus dilalui dengan
semangat hidup yang tinggi. Keris ini memang memiliki ciri garap sebagaimana
keris tangguh Majapahit. Tetapi melihat pada penerapan pamor serta besinya,
tidak masuk dikategorikan sebagai keris yang dibuat pada jaman Majapahit. Oleh
karena itu, dalam pengistilahan perkerisan dikatakan sebagai keris Putran atau
Yasan yang diperkirakan dibuat pada jaman Mataram. Kembang Kacang Pogog semacam
ini umumnya disebut Ngirung Buto.
SABUK INTEN, merupakan salah satu dapur keris yang melambangkan kemakmuran dan
atau kemewahan. Dari aspek filosofi, dapur Sabuk Inten melambangkan kemegahan
dan kemewahan yang dimiliki oleh para pemilik modal, pengusaha atau pedagang
pada jaman dahulu. Keris Sabuk Inten ini menjadi terkenal, selain karena
legendanya, juga karena adanya cerita silat yang sangat populer berjudul Naga
Sasra Sabuk Inten karangan Sabuk Inten karangan S.H. Mintardja pada tahun
1970-an.
NAGA SASRA adalah salah satu nama Dapur Keris Luk 13 dengan Gandik berbentuk
kepala Naga yang badannya menjulur mengikuti sampai ke hampir pucuk bilah.
Salah satu Dapur Keris yang paling terkenal walaupun jarang sekali dijumpai
adanya keris Naga Sasra Tangguh tua. Umumnya keris dapur Naga Sasra dihiasi
dengan kinatah emas sehingga penampilannya terkesan indah dan lebih berwibawa.
Keris ini memiliki gaya seperti umumnya keris Mataram Senopaten yang bentuk
bilahnya ramping seperti keris Majapahit, tetapi besi dan penerapan pamor serta
gaya pada wadidhangnya menunjukkan ciri Mataram Senopaten. Sepertinya berasal
dari era Majapahit akhir atau bisa juga awal era Mataram Senopaten (akhir abad
ke 15 sampai awal abad ke 16).
Keris ini dulunya memiliki kinatah Kamarogan yang karena perjalanan waktu,
akhirnya kinatah emas tersebut hilang terkelupas. Tetapi secara keseluruhan,
terutama bilah masih bisa dikatakan utuh. Keris Dapur Naga Sasra berarti Ular
yang jumlahnya seribu (beribu-ribu) dan juga dikenal sebagai keris dapur Sisik
Sewu. Dalam budaya Jawa, Naga diibaratkan sebagai Penjaga. Oleh karena itu
banyak kita temui pada pintu sebuah Candi ataupun hiasan lainnya yang dibuat
pada jaman dahulu. Selain Penjaga, Naga juga diibaratkan memiliki wibawa yang
tinggi. Oleh karena itu, Keris dengan dapur Naga Sasra memiliki nilai yang
lebih tinggi daripada keris lainnya.
SENGKELAT, adalah salah satu keris dari jaman Mataram Sultan Agung (sekitar
awal abad ke 17). Dapur Keris ini adalah Sengkelat. Pamor keris sangat rapat,
padat dan halus. Ukuran lebar bilah lebih lebar dari keris Majapahit, tetapi
lebih ramping daripada keris Mataram era Sultan Agung pada umumnya. Panjang
bilah 38 Cm, yang berarti lebih panjang dari Keris Sengkelat Tangguh Mataram
Sultan Agung umumnya. Bentuk Luk nya lebih rengkol dan dalam dari pada keris
era Sultan Agung pada umumnya. Gonjo yang digunakan adalah Gonjo Wulung (tanpa
pamor) dengan bentuk Sirah Cecak runcing dan panjang dengan buntut urang yang
nguceng mati. Kembang Kacang Nggelung Wayang. Jalennya pendek dengan Lambe
Gajah yang lebih panjang dari Jalen. Sogokan tidak terlalu dalam dengan Janur
yang tipis tetapi tegas sampai ke pangkal bilah. Wrangka keris ini menggunakan
gaya Surakarta yang terbuat dari Kayu Cendana.
RAGA PASUNG, atau Rangga Pasung memiliki makna sesuatu yang dijadikan sebagai
Upeti. Dalam hidup di dunia, sesungguhnya hidup dan diri manusia ini telah
diupetikan kepada Tuhan YME. Dalam arti bahwa hidup manusia ini sesungguhnya
telah diperuntukkan untuk beribadah, menyembah kepada Tuhan YME. Dan karena itu
kita manusia harus ingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini
sesungguhnya semu dan kesemuanya adalah milik Tuhan YME.
BETHOK BROJOL, adalah keris dari tangguh Tua juga. Keris semacam ini umumnya
ditemui pada tangguh Tua seperti Kediri/Singosari atau Majapahit. Dikatakan
Bethok Brojol karena bentuknya yang pendek dan sederhana tanpa ricikan kecuali
Pijetan sepeti keris dapur Brojol.
PUTHUT KEMBAR, oleh banyak kalangan awam disebut sebagai Keris Umphyang.
Padahal sesungguhnya Umphyang adalah nama seorang mPu, bukan nama dapur keris.
Juga ada keris dapur Puthut Kembar yang pada bilahnya terdapat rajah dalam
aksara Jawa kuno yang tertulis “Umpyang Jimbe”. Ini juga merupakan keris buatan
baru, mengingat tidak ada sama sekali dalam sejarah perkerisan dimana sang mPu
menuliskan namanya pada bilah keris sebagai Label atau “trade mark” dirinya.
Ini merupakan kekeliruan yang bisa merusak pemahaman terhadap budaya
perkerisan. Puthut, dalam terminologi Jawa bermakna Cantrik, atau orang yang
membantu atau menjadi murid dari seorang Pandhita / mPu pada jaman dahulu.
Bentuk Puthut ini konon berasal dari legenda tentang cantrik atau santri yang
diminta untuk menjaga sebilah pusaka oleh sang Pandhita. Juga diminta untuk
terus berdoa dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Bentuk orang
menggunakan Gelungan di atas kepala, menunjukkan adat menyanggul rambut pada
jaman dahulu. Bentuk wajah, walau samar tetapi masih terlihat jelas guratannya.
Beberapa kalangan menyebutkan bahwa dapur Puthut mulanya dibuat oleh mPu
Umpyang yang hidup pada era Pajang awal.
Tetapi inipun masih belum bisa dibuktikan secara ilmiah karena tidak didukung
oleh bukti-bukti sejarah.
Pajang, dalam buku Negara Kertagama yang ditulis pada jaman Majapahit,
disebutkan adanya Pajang pada jaman tersebut. Oleh karena itu, sangat sulit
untuk mengidentifikasi, apakah keris dengan besi Majapahit tetapi juga ada ciri
keris Pajang bisa dikatakan tangguh Pajang – Majapahit, yang berarti keris
buatan Pajang pada era Majapahit akhir (?).
Keris Lurus SUMELANG, dalam bahasa Jawa bermakna kekhawatiran atau kecemasan
terhadap sesuatu. Sedangkan Gandring memiliki arti setia atau kesetiaan yang
juga bermakna pengabdian. Dengan demikian, Sumelang Gandring memiliki makna
sebagai bentuk dari sebuah kecemasan atas ketidaksetiaan akibat adanya
perubahan. Ricikan keris ini antara lain : gandik polos, sogokan satu di bagian
depan dan umumnya dangkal dan sempit, serta sraweyan dan tingil. Beberapa
kalangan menyebutkan bahwa keris dapur Sumelang Gandring termasuk keris dapur
yang langka atau jarang ditemui walau banyak dikenal di masyarakat perkerisan.
(Ensiklopedia Keris : 445-446). Konon salah satu pusaka kerajaan Majapahit ada
yang bernama Kanjeng Kyai Sumelang Gandring. Pusaka ini hilang dari Gedhong
Pusaka Keraton. Lalu Raja menugaskan mPu Supo Mandangi untuk mencari kembali
pusaka yang hilang tersebut. Dari sinilah berawal tutur mengenai nama mPu
Pitrang yang tidak lain juga adalah mPu Supo Mandrangi. (baca : Ensiklopedia
Keris : 343-345).
TILAM UPIH, dalam terminologi Jawa bermakna tikar yang terbuat dari anyaman
daun untuk tidur. Diistilahkan untuk menunjukkan ketenteraman keluarga atau
rumah tangga. Oleh karena itu banyak sekali pusaka keluarga yang diberikan
secara turun-temurun dalam dapur tilam Upih. Ini menunjukkan adanya harapan
dari para sesepuh keluarga agar anak-cucunya nanti bisa memperoleh ketenteraman
dan kesejahteraan dalam hidup berumah tangga.
Sedangkan Pamor ini dinamakan UDAN MAS TIBAN. Ini karena terlihat dari
penerapan pamor yang seperti tidak direncanakan sebelumnya oleh si mPu. Berbeda
dengan kebanyakan Udan Mas Rekan yang bulatannya sangat rapi dan teratur, Udan
Mas Tiban ini bulatannya kurang begitu teratur tetapi masih tersusun dalam pola
2-1-2. Pada tahun 1930-an, yang dimaksud dengan pamor Udan Mas adalah Pamor
Udan Mas Tiban yang pembuatannya tidak direncanakan oleh sang mPu (bukan pamor
rekan). Ini dikarenakan pamor Udan Mas yang rekan dicurigai sebagai pamor
buatan (rekan). Tetapi toh juga banyak keris pamor udan mas rekan yang juga
merupakan pembawaan dari jaman dahulu.
Oleh banyak kalangan, keris dengan Pamor Udan Mas dianggap memiliki tuah untuk
memudahkan pemiliknya mendapatkan rejeki. Dengan rejeki yang cukup,diharapkan
seseorang bisa membina rumah tangga dan keluarga lebih baik dan sejahtera.Lar
GangSir konon merupakan kepanjangan dari GeLAR AgeMan SIRo yang memiliki makna
bahwa Gelar atau jabatan dan pangkat di dunia ini hanyalah sebuah ageman atau
pakaian. Suatu saat tentu akan ditanggalkan. Karena itu jika kita memiliki
jabatan/pangkat atau kekayaan, maka janganlah kita SOMBONG dan TAKABUR (Jawa =
Ojo Dumeh).
Jangan mentang-mentang memiliki kekuasaan, pangkat dan jabatan atau kekayaan,
maka kita bisa seenaknya sendiri sesuai keinginan kita tanpa memikirkan
kepentingan orang lain.
Kesimpulan
Dalam dunia keris terdapat tiga kelompok pandangan yang berbeda. Pandangan
pertama yang berkembang bahwa :
1. Keris adalah hasil kebudayaan, kagunan, atau kesenian.
2. Kemudian pandangan kedua yang telah sejak lama berkembang di kalangan
masyrakat (Jawa), secara umum lebih meyakini bahwa keris merupakan senjata
pusaka dikarenakan daya gaib atau tuah yang dimilikinya.
3. Sedangkan menurut pandangan ketiga yang berkembang di kalangan yang sangat
terbatas, keris merupakan pusaka dengan berbagai variasi pemaknaannya dan
dinyatakan dengan istilah-istilah yang hanya dikenali oleh kalangan
tersebut.Terutama makna-makna sosial, historis, filosofis, etis dan
religius-mistis.
Dari ketiga pandangan diatas dapat kita ketahui bahwa keris merupakan karya
agung yang harus dilestarikan. Karena jika dilihat dari kacamata desain, sebuah
keris memiliki berbagai keunikan yang sangat spesifik. Terbukti dengan penamaan
setiap lekuk yang begitu detail disetiap bagiannya.
Jika ditilik dari makna yang terkandung pada sebilah keris, disitu tercermin
kearifan lokal terutama masyarakat jawa yang menjadikan keris sebagai simbol
kekuatan sekaligus mewakili karakter yang memilikinya. Desain keris mempunyai
kekuatan tersendiri dalam membentuk kearifan lokal yang selanjutnya bisa
menjadi indicator kebudayaan di suatu tempat.
Makalah karya Warto, kandidat dosen jurusan Dakwah STAIN Purwokerto
Sumber: www.suruwangi.com
Bahasa
Perkerisan
Dalam
percaturan perkerisan yang sangat dinamis, banyak hal-hal lucu yang serring
kita jumpai. hal-hal tersebut banyak dijumpai dikalangan para pelestari tosan
aji, baik dari kalangan kolektor maupun pebisnis keris. sering kali terlontar
kalimat ataupun kata-kata yang menggelikan.di sini saya akan berbagi sedikit
pengalaman dengan pemahaman dangkal saya.
Dalam perdagangan keris sangat banyak yang mempermasalahkan Pesi. Pesi adalah
bagian keris untuk menempelnya gagang keris atu biasa disebut dengan deder.Pesi ini
biasanya memiliki panjang normal kurang lebih 7 cm,atau empat Nyari (jari).
pesi yang telah pugut (putus), atau berkurang panjangnya ada
yang percaya bisa mengurangi daya isoteri keris.
Ada juga yang tidak mempercayai itu, dan untuk tetap melestarikanya maka pesi
tersebut lalu disrumbung dengan menggunakan besi yang
dilinting seperti rokok kemudian dishok ke pesi yang telah kurang panjangnya.
ada juga yang mempercayai pesi yang tertinggal di dalam deder, memiliki daya
tertentu. pesi tersebut lalu disebut dengan pesi kurung. pesi kurung dipercaya
mampu menghindarkan pemegangnya dari sante, tenung, bahkan senjata tajam. lebih
dahsyatnya lagi pesi kurung yang terjadi secara alami, bukan karena rekayasa,
ataupun human eror dapat membantu pemegangnya untuk kaya. Hal tersebut menjadi
renungan kita sebagai mahluk tuhan yang dikaruniai banyak kelebihan.
Masih banyak bahasa lain dalam perkerisan yang sering membuat kita menjadi geli
bahkan termehek-mehek. Sebagai misal pada saat transaksi, Sering dijumpai
istilah atau akronim-akronim aneh, tapi menjadi khas didunia perkerisan. Ada
Istilah GAMA untuk menyebut harga Tiga Puluh Lima,atau
UNIVERSITAS yang dimaksud Universitas Gajah Mada. Ada TOPI KERATON alias iKET
alias SEKET (lila puluh).
Ada lagi istilah Kewan (hewan) Rambut alias TUMA alias pitu
lima (75). kecebur kalen(sngai) untuk menyebut nominal seratus (100), karena
saat tercebur berbunyi kecepeks alias cepek alias 100 dalam bahasa cina. Bagi
yang ingin menambah untuk memperkaya khasanah perkerisan silakan.
Perkembangan
Keris
Keris
merupakan salah satu nama dari sekian banyak nama dan definisi dari jenis senjata
pertahanan diri, yang terciptakan melalui suatu proses untuk pemenuhan
kebutuhan manusia. Manusia yang memiliki insting membunuh meciptakan beragam
jenis senjata. Senjata – senjata tersebut mempunyai arti alat bantu untuk
tercapainya satu kebutuhan dasar manusia, yaitu terhindarnya rasa lapar di
perut.
Manusia yang hidup dan belajar dari alam, mengolah dan mengembangkan
pemikirannya. Mereka meciptakan alat – alat untuk berburu dengan bahan – bahan
yang telah tersediakan oleh alam.
Berawal dari batu, kayu, hingga mengenal peradaban perunggu, sampai pada
material besi dan baja. Alat – alat yang awalnya hanya untuk berburu,
berkembang menjadi alat untuk mendapatkan kemenangan dari individu lainya.
Kemenangan dan penguasan terhadap individu lainya juga merupakan manifestasi
dari perwujudan kebutuhan dasar manusia, yaitu makan dan kebutuhan biologis
(menurut pakar psikoanalisa,Sigmund
Freud). Dimungkinkan pada era itu manusia berfikir bahwa dengan
menguasai individu lain, ia akan lebih mudah untuk mecukupi kebutuhan pemenuhan
rasa lapar dan penyaluran libido birahinya.
Maka dengan itu manusia terus mengolah peradabannya. Alat – alat yang mereka
gunakan, atau yang kemudian berkembang nama dan fungsinya menjadi senjata terus
mereka upayakan untuk menjadi alat beladiri yang sempurna.
Di Pulau Jawa sendiri jenis sejata – senjata tersebut berkembang, ada yang
berupa berang, bendho, arit, kudi, cenggereng, golok, pangot, wedhung, pedang,
tombak, hingga keris. Untuk pedang sendiri dapat digolongkan menjadi banyak
nama sesuai dengan bentuknya, ada sabet, suduk maru lameng dan lain – lain.
Senjata di Pulau Jawa memiliki keunikan pada teknologi pembuatannya. Senjata –
senjata tersebut dibuat dengan teknik penempaan, bukan dicor. Teknik penempaan
disertai pelipatan berguna untuk mencari kemurniaan besi, yang mana pada waktu
itu bahan – bahan besi masih komposit dengan materi – materi alam lainnya.

Perkembangannya teknologi tempa tersebut mampu menciptakan satu teknik tempa Tosan
Aji (Tosan = besi, Aji = berharga)
yang lebih sempurna, seirin perjalanan waktu. Salah satu Tosan Aji yang akan
kita bicarakan adalah yang berupa keris. Karena keris saya rasa dari segi
pembuatanya memili keunikan yang mampu mewakili tosan aji lainya.
Keris terdiri dari tiga unsur bahan pembuatnya. Baja, besi dan pamor. Pada
perkembangan berikutnya keris bukan hanya sekedar senjata, tapi menjadi piandel
(suatu alat untuk meningkatkan kepercayaan diri) juga menjadi simbol untuk
mewakili status sosial pemakainya. Bahkan keris layak untuk menjadi pengganti
si pemilik dalam berbagai situasi. Semisal pernikahan ataupun duta negara.
Jenis
Tangguh Keris
Apabila ditinjau dari segi pembuatan dan masa pembuatannya,
keris dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Pengelompokan keris tersebut
dikenal dengan istilah Sepuh (jw: tua), yang maksudnya tingkat ketuaan umur
keris. setingkat makna dengan jaman pembuatan. Jaman tersebut
memakai kode atau nama kerajaan asal keris dibuat. Adapun tangguh keris
sebenarnya adalah model atau ciri khas keris berdasar daerah asal
keris. Sebagai contoh keris buatan Mataram Sultan
Agungmemakai model keris Pajajaran, akan tetapi tetap tidak meninggalkan ciri
khas mataram. akan tetapi tangguh sering diartikan dengan era pembuatan. Adapun
tangguh keris yang dikenal hingga saat ini adalah:
- Tanguh
Purwa Carita: Singasari, Jenggala dan Kediri
- Tangguh
Segaluh
- Tangguh
Pajajaran
- Tangguh
Cirebon
- Tangguh
Bagelen,Pasir Luhur
- Tangguh
Majapahit
- Tangguh
Sedayu
- Tangguh
Pengging
- Tangguh
Demak
- Tangguh
Pajang
- Tangguh
Mataram: Senapati, Sultan Agung, Amangkurat
- Tangguh
Kartasura
- Tangguh
Surakarta
- Tangguh
Ngayogyokarto: Ngentho – entho/Jenggalan.
- Tangguh
Kamardhikan
Dengan melihat ciri-ciri fisik pada keris maka akan dikenali tangguh jenis
apakah keris tersebut.
Pamor
Keris
Pamor
Udan Mas

Pamor
hujan mas adalah pamor yang sangat populer di masyarakat umum. pamor ini banyak
dianggap memiliki daya atau kekuatan yang mampu membuat pemegang keris dengan
pamor ini dimudahkan rizkinya. Sehingga keris ini banyak diburu dan dimiliki
oleh para pebisnis di berbagai sektor perekonomian.
Keris berpamor udan mas ini pada dasarnya merupakan pamor rekan (sengaja
dibuat), sedangkan tehnik yg digunakan untuk peletakan pamornya adalah Mlumah(tehnik
satunya miring) Beras wutah adalah pamor yang
mendasarinya.pembuatan pamor udan mas ini dengan cara pengedripan,ada yg didrip
dalam kondisi besi panas tapi ada pula yang dalam kondisi besi dingin. akan
tetapi banyak yang lebih mantap denganmemakai metode yang didrip dalam kondisi
besi panas. Ada kasus lain bahwa wos wutah yang penuh kadang muncul banyak
pamor bulat-bulat seperti pamor tetesing warih (air menetes), lalu di sebut
dengan pamor udan mas tiban.
pamor ini sangat memiliki nilai ajaran yang luhur, hal ini tergambar dari
bulatan-bulatan pamornya yang berlapis bagaikan obat nyamuk. di mana simbul
tersebut bisa di baca atau dimaknai bahwa individu harus memiliki kepekaan
terhadap sekitarnya. di sini ada ajaran bahwa manusia harus bisa berguna bagi
mahluk-mahluk Tuhan lainnya. ada ajaran berbuat sedekah di dalam pamor udan mas
ini, ini dapat dilihat dari namanya. sedekah itu bagaikan hujan emas bagi
penerimanya maupun pemberinya. hujan itu mendinginkan seperti halnya shodaqoh yang bisa mendinginkan
dan melembutkan hati. maka sangat tidak mengherankan jika pamor ini sangat
bertuah kerejekian, asal sang pemegang keris mampu berbuat seperti uraian
pemikiran dari kebodohan saya di atas.
Tapi juga pernah saya dengar bahwa pamor merupakan bentuk-bentuk rajah yang
bisa mendatangkan aura tertentu. munkin rajah dengan bentuk bulatan2 tersebut
merupakan pemicu munculnya aura kerejekian. sehingga pamor udan mas baru
pun bisa memancing keluarnya aura tersebut,tentu saja harus didasari dengan
kemantapan hati.ada contoh seorang pengusaha toko mencoba mencari piandel untuk
penglarisan tokonya,dan singkat cerita ia mendapatkan keris udan mas
baru.singkat cerita dia sukses mampu membuat cabang,dan keris tersebut terus
disimpanya.bahkan katanya ada yang mau memaharinya dengan nilai yang telah
untung banyak,keris tersebut tidak dilepas.
Pamor
Teja Kinurung
Pamor Tejo Kinurung sering juga disebut juga dengan Pamor Adeg Wengkon. Pamor
ini memiliki dua tehnik penempatan, yaitu Pamor miring dan mlumah. Pamor mlumah
untuk wengkon dan pamor miring untuk adegnya. Akan tetapi ada juga pamor ini
memakai teknik pamor miring semua.
Pamor Teja Kinurung telihat sangat minimalis, akan tetapi memiliki kesulitan
penggarapan yang sangat tinggi. Kesederhanaan dari pamor Teja Kinurung memiki
pancaran aura yang sangat misterius. Pamor ini banyak mengandung makna-makna
yang masih sangat perlu dieksplor, dan pamor ini cukup banyak memiliki
penggemar.
Pamor adeg memiliki makna akan harapan Sang Empu, bahwa Si Perawat keris akan
diharapkan memiki keteguhan jiwa, mampu “Berdiri Tegak”. Si perawat keris
diharapkan juga untuk memiliki jalan hidup yang lebih lurus, untuk kualitas
kehidupan transendentalnya.
Secara psikologis orang yang menyukai garis lurus sering diartikan sebagai
kemampuan individu untuk berfikir secara logis, juga dapat diartikan memiliki
kematangan jiwa atau emosional, yang juga ditafsirkan bahwa individu tersebut
memiliki kemampuan relationship yang baik.
Untuk pamor wengkon sendiri memiliki makna sebagai perlindungan,
dari mara bahaya, secara kast mata maupun ghaib. Ada juga yang mengartikan
sebagai harapan Sang Empu agar Si perawat keris akan mampu untuk hidup lebih
hemat, berhati-hati untuk membelanjakan hartanya.
Dalam perkembanganya Keris pusaka berpamor teja kinurung bayak disukai oleh
pejabat atau pegawai pada sektor-sektor formal, sabagai misal pegawai negeri.
Akan tetapi menurut saya pamor adeg wengkon juga cocok dimiliki siapapun, tidak
memiliki batasan sosial.
Hal ini dikarenakan pamor ini selain memiliki kekutan tolak, juga memiliki
makna manfaat yang lebih luas lagi. Bukannya doa Sang Empu tidak cuma terbatas
akan hal-hal tersebut? Masih banyak misteri yang perlu untuk diungkap lagi.
Pamor Keleng
Keris Pamor keleng biasa juga disebut dengan keris pangawak waja .
Dalam keris keleng ini tidak nampak pamor putih seperti halnya keris-keris
lain. keris ini jika diwarangi hanya terlihat hitam kehijauan, kebiruan atau
keabu-abuan. Kadang dalam masih terlihat sedikit warna pamor sanak, akan tetapi
banyak yang mengatakan warna tersebut muncul akibat dari lipatan besi. terlepas
dari hal-hal tersebut, justru keris keleng ini banyak memiliki keistimewaan.
Penempaan keris ini biasanya sangat matang, sehingga memiliki pesona tersendiri
bagi penikmat tosan aji.
Keris keleng lebih mengutamakan kematangan tempa juga kesempurnaan garap. Garap
di sini yang dimaksud adalah meliputi keindahan bentuk bilah, termasuk di
dalamnya ricikan. Keris Keleng juga bisa menjadi bahasa untuk memahami tingkat
kematangan Si Empu, secara lahir maupun batin. Secara lahir bisa dilihat
kesanggupan Si empu dalam mengolah besi untuk menjadi matang dan presisi. Dalam
penggarapan keris tersebut juga dibutuhkan kecermatan dan kedalaman batin.
Kedalaman batin Empu diterjemahkan dalam pamor yang hitam polos tidak
bergambar. Empu sudah menep (mengendap) dari keinginan nafsu
duniawi. makna yang disampaikan harus diterjemahkan dengan kedalaman rasa yang
bersahaja. Efek yang ditimbulkan dari sugesti terhadap keris keleng tersebut
adalah, bahwa keris tersebut mampu menjadi tolak bala. Ada juga yang
beranggapan bahwa keris keleng tersebut memiliki kekuatan secara isoteri lebih
multifungsi, dibanding dengan keris yang berpamor. Terlepas dari itu semua
keris tersebut adalah hasil karya, yang sangat sulit untuk dikesampingkan
begitu saja.
Muatan Keris
Keris Apa yang anda Harapkan Darinya
Apa yang sebenarnya diharapkan dari sebilah bahkan berbilah-bilah tosan aji?
Entah itu keris,tombak,lameng wedung,patrem dan lain-lainya.Ada semacam piweling atau
perkataan bijak para orang-orang tua terdahulu (leluhur),bahwa keris atau tosan
aji lainya itu hidup dengan makna mampu menghidupi.dengan cara bagai mana?bagi
sang empu dan panjak bahkan tukang ubub(memompa api)bisa menjadi sumber
penghidupan, dengan menarik ongkos jasa pembuatan.bagi para pengrajin
warangka,pendhok,mendhak,deder/ukiran, juga bisa menjadi sumber pendapatan.
Dari sekelumit uraian di atas maka bisa kita sedikit simpulkan bahwa keris tidak
bisa menjadikan kita kaya atau bahkan untuk hal yang ringan saja, yaitu
menyediakan kita minum,pasti secara langsung tidak bisa.kecuali kita todongkan
keris untuk menyuruh orang mengambilkan minum atau untuk menyerahkan sedikit
uang.
Di jaman ini keris juga mampu menjadi sumber pendapatan.contoh untuk tukang
marangi,penjual keris dari kalangan isoteri(mis:dukun) maupun eksoteri, dan
juga yang disebutkan pada paragraf sebelumnya.bijaksana sekali seandainya kita
tidak berharap lebih pada keampuhan keris.Karena keris akan menjadi ampuh itu
tergantung pada siapa keris berada, di tangan kukuh prasetyo tentu akan lain
kesaktianya dibanding saat keris dipegang oleh para raja.bahkan disaat
pemilik pusaka kepepetpun, keris tidak mampu berbuat banyak (mengeluarkan
kedahsyatan magisnya).sekali lagi yang paling berperan da sakti adalah yang
menciptakan si-pembuat keris.
Menurut saya keris merupakan kitab atau ajaran para leluhur yang bernilai
ajaran hidup yang mulia, yang perlu dipelajari, dirasakan dan diamalkan.maka
kita baru akan mampu memetik hasilnya.selamat mencoba!
Mantram Untuk Menayuh Keris
Mantra I
Bismilah…Galinggang jati wujudhing dhupa, winur jati kukusing dhupa, niat
ingsun gugah daya panguwasane wesi aji. jim setan ana gedong wesi, den jaga para
wali, kinunci para Nabi,kinacingan dening Alloh,wesi aji sira tangiyo, ingsun
kongkon….iki pangandikaning Alloh. Innama amruhu idha arodha…..kun fayakun.
Mantra II
Keris Dikutugi menyan jam 12 malam,berdiri menghadap utara, MANTRANYA :
yehohowa iman sari sukma mulya tinampananpadha sukma, telek erang araning wesi,
tir putih putih araning waja, manirasa rasa araning cahya. Sira sapa lan duwe
daya panguwasa apa. ingsun ngadeg tejane kuning.
Silakan dicoba dengankeyakinan dan niat yang baik juga kuat, seoga berhasil.
Pamor Keris, Intensi & Persepsi
Persepsi merupakan peristiwa Psikologi, dimana individu mengartikan
stimulus yang diterima oleh indera. Intensi sendiri sapat
diartikan sebagai niat, yang mana proses pemunculannya didahului
oleh peristiwa – peristiwa psikologis. Sedangkan pamor merupakan bahan pembuat
keris, yang pada akhirnya menjadi ornamen yang sangat indah pada lapisan
keris. pamor sendiri bisa menjadi sign akan manfaat atau kandungan makna sebuah
keris, juga bahasa empu dalam mengekspresikan karyanya.
Hipotesa yang bisa diambil, ada hubungan antara persepsi terhadap pamor dengan
intensi untuk memiliki keris. saat individu menstimulus keris yang dilihatnya
maka akan timbul persepsi. Persepsi tersebut akan berbeda antara individu satu
dengan lainnya. Hal ini mengarah pada kodrat manusia yaitu perbedaan individu (Individual
Differences).
Garis – garis pamor akan dipersepsikan secara berbeda, antara pamor rekan
(miring & mlumah) ataupun dengan pamor yang tiban. Garis – garis yang lurus
dan tegas mengungkap kepribadian bahwa individu tersebut memiliki kematangan,
ketegasan dan tidak mudah terpengaruh oleh orang lain, terkesan kaku. sedangkan
untuk garis bergelombang, seperti pamor Beras Wutah atau ngulit semongko akan
mengungkap kepribadian individu yang mudah bergaul, gampang terpengaruh dan
kurang matang.
Persepsi yang berbeda terhadap pamor, akan memengaruhi tingkat kesenangan
terhadap keris. Ini akan berpengaruh dalam pemilihan koleksi keris. Akan tetapi
hal ini tidak akan berlaku jika dalam memilih keris berdasar pada koleksi yang
belum dimiliki, atau pertimbangan – pertimbangan teknis non psikologis.
Kaitan Antara Keris dan Psikologis
Empu-empu kita ternyata juga ahli psikoanalisa. Entah ini cuma suatu
kebetulan, atau para empu kita dulu dalam berkarya memang telah memikirkan
jauh, akan muatan-muatan kejiwaan di dalam karyanya.
Psikoanalisa
yang memiliki teori, bahwa kejiwaan manusia terbagi menjadi tiga, yaitu id, ego
dan super ego. Id yang berada di alam bawah sadar manusia, memberikan dorongan
– dorongan nafsu liar. Nafsu primitif tersebut sangat explosif, selalu minta
untuk tersalurkan, yang paling menonjol adalah libido seksual.
Ego sendiri merupakan sisi kejiwaan yang mampu mengerem laju nafsu liar
tersebut. ego menjembatani antara id dan super ego. Super ego adalah sisi
kejiwaan individu yang mana di dalamnya terkandung unsur-unsur moralitas.
Unsur-unsur tersebut seperti halnya sopan santun, agama, aktualisai diri dan
semu hal yang mengandung kebaikan secara sosial ataupun transendental.
Bahan keris yang terdiri baja, besi dan
pamor dapat dibaca atau diterjemahkan seperti halnya id, ego
dan super ego. Baja yang memiliki karakter keras, tajam, mudah patah dan
terletak paling dalam pada bilah keris mewakili sifat-sifat yang terkandung
dalam id, yang terletak di alam bawah sadar manusia. bahaya dan sangat
mencelakakan akan ditimbulkan oleh id maupun baja.
Pada keris besi terletak di lapisan luar baja, besi memiliki kelenturan
berfungsi sebagai tempat menempelnya baja dan pamor, dapat di artikan sebagai
ego. Pamor yang bersifat lebih tahan dari karat, menancap pada lapisan besi,
nampak di permukaan bilah memperindah tampilan sebuah keris. Sehingga pamor
dapat di baca sebagai perwujudan super ego manusia.
Aneka Nama Jenis Keris
Dalam budaya perkerisan ada sejumlah
istilah yang terdengar asing bagi orang awam.. Pemahaman akan istilah-istilah
ini akan sangat berguna dalam proses mendalami pengetahuan mengenai keris.
Istilah dalam dunia keris, khususnya di Pulau Jawa, yang sering dipakai:
angsar, dapur, pamor, perabot, tangguh, tanjeg, dan lain sebagainya.
Di bawah ini adalah uraian singkat yang disusun secara alfabetik mengenai
istilah perkerisan. Istilah ini lazim digunakan di Pulau Jawa dan Madura,
tetapi dimengerti dan kadang kala juga digunakan di daerah lainnya, seperti
Sulawesi, Sumatra, dan bahkan di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Keris Bima, Nusa Tenggara Barat. Keris ini diduga milik keluarga bangsawan
tinggi, sarung dan hulunya berlapis emas.
Angsar
adalah daya kesaktian yang dipercaya oleh sebagian orang terdapat pada sebilah
keris. Daya kesaktian atau daya gaib itu tidak terlihat, tetapi dapat dirasakan
oleh orang yang percaya. Angsar dapat berpengaruh baik atau posistif, bisa pula
sebaliknya.
Pada dasarnya, semua keris ber-angsar baik. Tetapi kadang-kadang, angsar yang
baik itu belum tentu cocok bagi setiap orang. Misalnya, keris yang angsar-nya
baik untuk seorang prajurit, hampir pasti tidak cocok bila dimiliki oleh
seorang pedagang. Keris yang angsar-nya baik untuk seorang pemimpin yang punya
banyak anak buah, tidak sesuai bagi pegawai berpangkat rendah.
Guna mengetahui angsar keris, diperlukan ilmu tanjeg. Sedangkan untuk
mengetahui cocok dan tidaknya seseorang dengan angsar sebuah keris, diperlukan
ilmu tayuh.
Dapur
Adalah istilah yang digunakan untuk menyebut nama bentuk atau type bilah keris.
Dengan menyebut nama dapur keris, orang yang telah paham akan langsung tahu,
bentuk keris yang seperti apa yang dimaksud. Misalnya, seseorang mengatakan:
"Keris itu ber-dapur Tilam Upih", maka yang mendengar langsung tahu,
bahwa keris yang dimaksud adalah keris lurus, bukan keris yang memakai luk.
Lain lagi kalau disebut dapur-nya Sabuk Inten, maka itu pasti keris yang
ber-luk sebelas.
Dunia perkerisan di masyarakat suku bangsa Jawa mengenal lebih dari 145 macam
dapur keris. Namun dari jumlah itu, yang dianggap sebagai dapur keris yang baku
atau mengikuti pakem hanya sekitar 120 macam saja. Serat Centini, salah satu
sumber tertulis, yang dapat dianggap sebagai pedoman dapur keris yang pakem
memuat rincian jumlah dapur keris sbb:
Keris lurus ada 40 macam dapur. Keris luk tiga ada 11 macam. Keris luk lima ada
12 macam. Keris luk tujuh ada 8 macam. Keris luk sembilan ada 13 macam. Keris
luk sebelas ada 10 macam. Keris luk tigabelas ada 11 macam. Keris luk limabelas
ada 3 macam. Keris luk tujuhbelas ada 2 macam. Keris luk sembilan belas, sampai
luk duapuluh sembilan masing-masing ada semacam.
Namun, menurut manuskrip Sejarah Empu, karya Pangeran Wijil, jumlah dapur yang
dianggap pakem lebih banyak lagi. Catatan itu menunjukkan dapur keris lurus ada
44 macam, yang luk tiga ada 13 macam, luk sebelas ada 10 macam, luk tigabelas
ada11 macam, luk limabelas ada 6 macam, luk tujuhbelas ada 2 macam, luk
sembilanbelas sampai luk duapuluh sembilan ada dua macam, dan luk tigapuluh
lima ada semacam.
Jumlah dapur yang dikenal sampai dengan dekade tahun 1990-an, lebih banyak
lagi.
Luk
Istilah ini digunakan untuk bilah keris yang tidak lurus, tetapi berkelok atau
berlekuk. Luk pada keris selalu gasal, tidak pernah genap. Hitungannya mulai
dari luk tiga, sampai luk tigabelas. Itu keris yang normal. Jika luknya lebih
dari 13, dianggap sebagai keris yang tidak normal, dan disebut keris kalawijan
atau palawijan.
Jumlah luk pada keris selalu gasal, tidak pernah genap. Selain itu, irama luk
keris dibagi menjadi tiga golongan. Pertama, luk yang kemba atau samar. Kedua,
luk yang sedeng atau sedang. Dan ketiga, luk yang rengkol -- yakni yang irama
luknya tegas.
Luk keris. Angka-angka menunjukkan bilangan jumlah luknya.
Mas kawin
Dalam dunia perkerisan adalah pembayaran sejumlah uang atau barang lain,
sebagai syarat transaksi atau pemindahan hak milik atas sebilah keris, pedang,
atau tombak. Dengan kata yang sederhana, mas kawin atau mahar adalah harga.
Istilah mas kawin atau mahar ini timbul karena dalam masyarakat perkerisan
terdapat kepercayaan bahwa isi sebilah keris harus cocok atau jodoh dengan
pemiliknya. Jika isi keris itu jodoh, si pemilik akan mendapat keberuntungan,
sedangkan kalau tidak maka kesialan yang akan diperoleh. Dunia perkerisan juga
mengenal istilah melamar, bilamana seseorang berminat hendak membeli sebuah
keris.
Mendak
adalah sebutan bagi cincin keris, yang berlaku di Pulau Jawa, Bali, dan Madura.
Di daerah lain biasanya digunakan istilah cincin keris. Mendak hampir selalu
dibuat dari bahan logam: emas, perak, kuningan, atau tembaga. Banyak di
antaranya yang dipermewah dengan intan atau berlian. Pada zaman dulu ada juga
mendak yang dibuat dari besi berpamor.
Selain sebagai hiasan kemewahan, mendak juga berfungsi sebagai pembatas antara
bagian hulu keris atau ukiran dengan bagian warangka.
Pamor
Pamor dalam dunia perkerisan memiliki 3 (tiga) macam pengertian. Yang pertama
menyangkut bahan pembuatannya; misalnya: pamor meteorit, pamor Luwu, pamor
nikel, dan pamor sanak. Pengertian yang kedua menyangkut soal bentuk gambaran
atau pola bentuknya. Misalnya: pamor Ngulit Semangka, Beras Wutah, Ri Wader,
Adeg, dan sebagainya. Ketiga, menyangkut soal teknik pembuatannya, misalnya:
pamor mlumah, pamor miring, dan pamor puntiran.
Dua macam pamor yang tergolong jenis pamor miring.
Selain itu, ditinjau dari niat sang empu, pola pamor yang terjadi masih dibagi
lagi menjadi dua golongan. Kalau sang empu membuat pamor keris tanpa merekayasa
polanya, maka pola pamor yang terjadi disebut pamor tiban. Orang akan
menganggap bentuk pola pamor itu terjadi karena anugerah Tuhan. Sebaliknya,
jika sang empu lebih dulu membuat rekayasa pla pamornya, disebut pamor rekan
[rékan berasal dari kata réka = rekayasa]. Contoh pamor tiban, misalnya: Beras
wutah, Ngulit Semangka, Pulo Tirta. Contoh pamor rekan, misalnya: Udan Mas, Ron
Genduru, Blarak Sinered, dan Untu Walang.
Keris dapur Sepang. Pamornya Wos Wutah yang tergolong jenis pamor mlumah.
Ada lagi yang disebut pamor titipan atau pamor ceblokan, yakni pamor yang
disusulkan pembuatannya, setelah bilah keris selesai 90 persen. Pola pamor itu
disusulkan pada akhir proses pembuatan keris. Contohnya, pamor Kul Buntet, Batu
Lapak, dll.
Pamor Kul Buntet yang tergolong pamor titipanPamor Batu Lapak
Pendok
berfungsi sebagai pelindung atau pelapis gandar, yaitu bagian warangka keris
yang terbuat dari kayu lunak. Namun fungsi pelindung itu kemudian beralih
menjadi sarana penampil kemewahan. Pendok yang sederhana biasanya terbuat dari
kuningan atau tembaga, tetapi yang mewah terbuat dari perak atau emas bertatah
intan berlian.
Bentuk pendok ada beberapa macam, yakni pendok bunton, blewehan, slorok, dan
topengan.
Pendok keris: No 1 sampai 4 gaya Surakarta, no. 5 gaya Yogyakarta.

Perabot
Dalam dunia perkerisan, asesoris bilah keris disebut perabot keris.
Perlengkapan atau asesoris itu meliputi warangka atau sarung keris, ukiran atau
hulu keris, mendak atau cincin keris, selut atau pedongkok, dan pendok atau
logam pelapis warangka.
Ricikan
Adalah bagian-bagian atau komponen bilah keris atau tombak. Masing-masing
ricikan keris ada namanya. Dalam dunia perkerisan soal ricikan ini penting,
karena sangat erat kaitannya dengan soal dapur dan tangguh keris.
Sebilah keris ber-dapur Jalak Sangu Tumpeng tanda-tandanya adalah berbilah
lurus, memakai gandik polos, pejetan, sogokan rangkap, tikel alis, dan tingil.
Gandik polos, pejetan, sogokan rangkap, tikel alis, dan tingil, adalah komponen
keris yang disebut ricikan..
Selut
seperti mendak, terbuat dari emas atau perak, bertatahkan permata. Tetapi
fungsi selut terbatas hanya sebagai hiasan yang menampilkan kemewahan. Dilihat
dari bentuk dan ukurannya, selut terbagi menjadi dua jenis, yaitu selut njeruk
pecel yang ukurannya kecil, dan selut njeruk keprok yang lebih besar.
Sebagai catatan; pada tahun 2001, selut nyeruk keprok yang bermata berlian
harganya dapat mencapai lebih dari Rp. 20 juta!
Karena dianggap terlalu menampilkan kemewahan, tidak setiap orang mau mengenakan
keris dengan hiasan selut.
Selut gaya Surakarta, jenis njeruk keprok
Tangguh
Tangguh arti harfiahnya adalah perkiraan atau taksiran. Dalam dunia perkerisan
maksudnya adalah perkiraan zaman pembuatan bilah keris, perkiraan tempat
pembuatan, atau gaya pembuatannya. Karena hanya merupakan perkiraan, me-nangguh
keris bisa saja salah atau keliru. Kalau sebilah keris disebut tangguh
Blambangan, padahal sebenarnya tangguh Majapahit, orang akan memaklumi
kekeliruan tersebut, karena bentuk keris dari kedua tangguh itu memang mirip.
Tetapi jika sebuah keris buatan baru di-tangguh keris Jenggala, maka jelas ia
bukan seorang ahli tangguh yang baik.
Walaupun sebuah perkiraan, tidak sembarang orang bisa menentukan tangguh keris.
Untuk itu ia perlu belajar dari seorang ahli tangguh, dan mengamati secara
cermat ribuan bilah keris. Ia juga harus memiliki photographic memory yang
kuat.
Bentuk keris tangguh Segaluh
Mas Ngabehi Wirasoekadga, abdidalem Keraton Kasunanan Surakarta, dalam bukunya
Panangguhing Duwung (Sadubudi, Solo, 1955) membagi tangguh keris menjadi 20
tangguh. Ia tidak menyebut tentang tangguh Yogyakarta, melainkan tangguh
Ngenta-enta, yang terletak di dekat Yogya. Keduapuluh tangguh itu adalah:
1. Pajajaran 2. Tuban 3. Madura 4. Blambangan 5. Majapahit
6. Sedayu 7. Jenu 8. Tiris-dayu 9. Setra-banyu 10. Madiun
11. Demak 12. Kudus 13. Cirebon 14. Pajang 15. Pajang
16. Mataram 17. Ngenta-enta,Yogyakarta 18. Kartasura 19. Surakarta
Keris Buda dan tangguh kabudan, walaupun di kenal masyarakat secara luas, tidak
dimasukan dalam buku buku yang memuat soal tangguh. Mungkin, karena dapur keris
yang di anggap masuk dalam tangguh Kabudan dan hanya sedikit, hanya dua macam
bentuk, yakni jalak buda dan betok buda.
Sementara itu Bambang Harsrinuksmo dalam Ensiklopedi Keris (Gramedia, Jakarta
2004) membagi periodisasi keris menjadi 22 tangguh, yaitu:
1. Tangguh Segaluh 2. Tangguh Pajajaran
3. Tangguh Kahuripan 4. Tangguh Jenggala
5. Tangguh Singasari 6. Tangguh Majapahit
7. Tangguh Madura 8. Tangguh Blambangan
9. Tangguh Sedayu 10. Tangguh Tuban
11. Tangguh Sendang 12. Tangguh Pengging
13. Tangguh Demak 14. Tangguh Panjang
15. Tangguh Madiun 16. Tangguh Koripan
17. Tangguh Mataram Senopaten 18. Mataram Sultan Agung
19. Mataram Amangkuratan 20. Tangguh Cirebon
21. Tangguh Surakarta 22. Tangguh Yogyakarta
Ada lagi sebuah periode keris yang amat mudah di-tangguh, yakni tangguh Buda.
Keris Buda mudah dikenali karena bilahnya selalu pendek, lebar, tebal, dan
berat. Yang sulit membedakannya adalah antara yang aseli dan yang palsu.
Tanjeg
adalah perkiraan manfaat atau tuah keris, tombak, atau tosan aji lainnya.
Sebagian pecinta keris percaya bahwa keris memiliki 'isi' yang disebut angsar.
Kegunaan atau manfaat angsar keris ini banyak macamnya. Ada yang menambah rasa
percaya diri, ada yang membuat lebih luwes dalam pergaulan, ada yang membuat
nasihatnya di dengar orang. Untuk mengetahui segala manfaat angsar itu,
diperlukan ilmu tanjeg. Dalam dunia perkerisan, ilmu tanjeg termasuk esoteri
keris.
Tayuh
Merupakan perkiraan tentang cocok atau tidaknya, angsar sebilah keris dengan
(calon) pemiliknya. Sebelum memutuskan, apakah keris itu akan dibeli (dibayar
mas kawinnya), si peminat biasanya terlebih dulu akan me- tayuh atas keris itu.
Tujuannya untuk mengetahui, apakah keris itu cocok atau berjodoh dengan
dirinya.
Ukiran
Kata ukiran dalam dunia perkerisan adalah gagang atau hilt. Berbeda artinya
dari kata 'ukiran' dalam bahasa Indonesia yang padanannya ialah carved atau
engraved. Gagang keris di Bali disebut danganan, di Madura disebut landheyan,
di Surakarta disebut jejeran, di Yogyakarta disebut deder. Sedangkan daerah
lain di Indonesia dan Malaysia, Singapura, serta Brunei Darussalam disebut hulu
keris.
Ukiran gaya Surakarta wanda Maraseba
Javakeris memakai istilah ukiran dan hulu keris mengingat semua daerah itu juga
mengenal dan memahami arti kata ukiran dalam perkerisan. Bentuk ukiran atau
hulu keris di setiap daerah berbeda satu sama lain.
Di bawah ini adalah contoh bentuk hulu keris dari beberapa daerah.
Warangka
Atau sarung keris kebanyakan terbuat dari kayu yang berserat dan bertekstur
indah. Namun di beberapa daerah ada juga warangka keris yang dibuat dari
gading, tanduk kerbau, dan bahkan dari fosil binatang purba. Warangka keris selalu
dibuat indah dan sering kali juga mewah. Itulah sebabnya, warangka juga dapat
digunakan untuk memperlihatkan status sosial ekonomi pemiliknya.
Bentuk warangka keris berbeda antara satu daerah dengan lainnya. Bahkan pada
satu daerah seringkali terdapat beberapa macam bentuk warangka. Perbedaan
bentuk warangka ini membuat orang mudah membedakan, sekaligus mengenali
keris-keris yang berasal dari Bali, Palembang, Riau, Madura, Jawa, Bugis, Bima,
atau Malaysia.
Berikut
adalah jenis-jenis warangka dari berbagai daerah perkerisan:
Warangka Surakarta
Biasanya terbuat dari kayu cendana wangi atau cendana Sumbawa (sandalwood -
Santalum Album L.) Pilihan kedua adalah kayu trembalo, setelah itu kayu timaha
pelet.
Warangka ladrang terbagi menjadi empat wanda utama, yaitu Ladrang Kasatriyan,
Ladrang Kadipaten, Ladrang Capu, dan Ladrang Kacir. Dua wanda yang terakhir
sudah jarang dibuat, sehingga kini menjadi langka.
Warangka ladrang adalah jenis warangka yang dikenakan untuk menghadiri suatu
upacara, pesta, dan si pemakai tidak sedang melaksanakan suatu tugas. Bila
dibandingkan pada pakaian militer, warangka ladrang tergolong Pakaian Dinas
Upacara (PDU).
Ladrang Kadipaten
Selain ladrang, di Surakarta juga ada warangka gayaman, yang dikenakan pada
saat orang sedang melakukan suatu tugas. Misalnya, sedang menjadi panitia
pernikahan, sedang menabuh gamelan, atau sedang mendalang. Prajurit keraton
yang sedang bertugas selalu mengenakan keris dengan warangka gayaman.
Warangka gayaman Surakarta juga ada beberapa jenis, di antaranya: Gayaman
Gandon, Gayaman Pelokan, Gayaman Ladrang, Gayaman Bancigan, Gayaman Wayang.
Jenis warangka yang ketiga adalah warangka Sandang Walikat. Bentuknya sederhana
dan tidak gampang rusak. Warangka jenis inilah yang digunakan manakala seseorang
membawa (bukan mengenakan) sebilah keris dalam perjalanan.
Warangka Sandang Walikat
Warangka Yogyakarta
Warangka branggah Yogyakarta terbuat dari kayu kemuning. Bentuk warangka di
Yogyakarta mirip dengan Surakarta, hanya ukurannya agak lebih kecil, gayanya
lebih singset. Yang bentuknya serupa dengan warangka ladrang, di Yogyakarta
disebut branggah. Kayu pembuat warangka branggah di Yogyakarta adalah kayu
trembalo dan timaha. Sebenarnya penggunaan warangka branggah di Yogyakarta sama
dengan warangka ladrang di Surakarta, tetapi beberapa dekade ini norma itu
sudah tidak terlalu ketat di masyarakat.
Jenis bentuk warangka Yogyakarta lainnya adalah gayaman. Dulu ada lebih kurang
delapan jenis warangka gayaman, tetapi kini hanya dua jenis wanda warangka yang
populer, yakni gayaman ngabehan dan gayaman banaran. Warangka gayaman dikenakan
pada saat seseorang tidak sedang mengikuti suatu upacara.
Jenis bentuk warangka yang ketiga adalah sandang walikat, yang boleh dibilang
sama bentuknya dengan sandang walikat gaya Surakarta.
Ricikan Keris 1
RICIKAN adalah bagian-bagian atau komponen bilah keris, tombak, atau pedang,
yang masing-masing mempunyai nama. Ricikan sebilah keris atau tombak dapat
dibandingkan dengan suku cadang atau komponen mobil. Di antara komponen mobil
ada yang namanya piston, gardan, bumper, pelek, dashboard, altenator, dlsb.
Demikian pula, tiap bagian keris berlainan bentuknya dan berlainan pula
namanya. Lengkap atau tidaknya ricikan ini, ikut menentukan nama dapur sebilah
keris atau tombak.
Secara garis besar, sebilah keris dapat dibagi atas tiga bagian, yakni bagian
atau bilah atau wilahan, bagian ganja, dan bagian pesi. Bagian wilahan juga
dapat dibagi tiga, yakni bagian pucukan yang paling atas, awak-awak atau
tengah, dan sor-soran atau pangkal. Pada bagian sor-soran inilah ricikan keris
paling banyak ditempatkan.
Nama-nama ricikan keris adalah:
1. Pesi
2. Ganja
3. Bungkul atau bonggol atau genukan
4. Blumbangan atau pejetan
5. Sraweyan atau srewehan
6. Gandik
7. Jalu memet
8. Lambe gajah atau lambe liman
9. Kembang kacang atau tlale gajah
10. Jenggot atau janggut
11. Tikel alis atau wideng
12. Jalen
13. Sogokan Depan
14. Lis-lisan atau elis
15. Gusen
16. Dada
17. Ucu-ucu ngandap
18. Gandu
19. Tengel
20. Kruwingan atau plunturan
21. Ada-ada atau sada
22. Tampingan
23. Janur
24. Puyuhan
25. Bebel
26. Sogokan belakang
27. Tumperan
28. Palemahan atau lemahan
29. Ucu-ucu nginggil
30. Penatas atau penitis
31. Wadidang atau wedidang
32. Ron da nunut
33. Tungkakan
34. Greneng
35. Ri pandan atau eri pandan
36. Kanyut
37. Tingil
38. Pudak sategal
Nama-nama ricikan keris ini belum dibakukan secara nasional. Itulah sebabnya
sampai pertengahan tahun 2001, hampir semuanya masih merupakan nama-nama dan
istilah yang berasal dari daerah Jawa. Meskipun demikian sebagian istilah
ricikan ini juga sudah difahami oleh para pecinta keris dari daerah lain di
luar Pulau Jawa, juga di manca negara, terutama di Singapura, Malaysia, dan
Brunei Darussalam.
Khusus dalam Ensiklopedi Keris ini, nama padanan dari ricikan di atas, dari
daerah lain di luar Pulau Jawa, tetapi dipakai sebagai sinonimnya. Misalnya
sebutan pesi, kalau ada daerah lain yang menyebut peksi atau paksi, tidak
dianggap salah, melainkan dianggap sebagai salah satu padanan dari kata pesi.
Padanan lain misalnya, punting, putiang, unting, atau oting.
Tentang ricikan keris ini, hampir di setiap daerah mempunyai nama dan
istilahnya sendiri. Walaupun pada umumnya nama-nama daerah itu tetap mengacu
pada nama-nama dan istilah ricikan yang berasal dari Pulau Jawa. Misalnya,
sirah cecak di daerah lain disebut kepala cicak.
Berikut ini adalah nama-nama bahagian-bahagian keris yang umumnya berlaku di
daerah Palembang, Sumatra Timur, Riau Kepulauan, Kalimantan Barat, Singapura,
Brunei, dan Malaysia.
1. Bilah atau awak atau mata keris
2. Aring atau ganja
3. Punting atau unting, atau oting
4. Pucuk atau ujung mata
5. Tuntong
6. Belalai gajah
7. Lambai gajah
8. Bunga kacang
9. Gandik
10. Dagu keris
11. Kepala cicak
12. Leher cicak
13. Gading gajah
14. Ekor cicak
15. Kepit
16. Lurah atau kambing kacang
17. Tulang atau tulangan
Catatan nama bahagian-bahagian (ricikan) keris ini masih banyak digunakan
sampai dengan tahun 1980-an, tetapi setelah masa itu, nama ricikan yang berasal
dari Indonesia mulai banyak digunakan. Pada awal tahun 2001, sebutan ganja
lebih banyak digunakan daripada aring, terutama di Singapura, Johor, Serawak,
Sabah, dan Negeri Sembilan. Demikian pula lambe gajah, bukan lagi lambai gajah;
dan sogokan bukan lagi lurah atau kambing kacang.
Perubahan ini terjadi berkat beredarnya buku-buku perkerisan Indonesia yang
beredar di Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam, serta banyaknya
keris-keris buatan Madura yang dipasarkan di ketiga negara itu.
Bagi peminat yang ingin terjun dalam dunia perkerisan, baik sebagai pengagum,
pemerhati, apalagi kalau hendak menjadi kolektor, mengetahui secara luas dan
mendalam masalah ricikan keris ini sangat penting.
Seseorang tidak akan mungkin mengetahui nama dapur dan dan mampu menangguh
keris, bilamana ia tidak memahami soal ricikan keris ini.
Sumber Artikel Dari : Java Keris
http://www.javakeris.com
Ricikan Keris 2
Keris terbagi menjadi tiga bagian utama, yakni bilah (wilahan), ganja, dan
pesi. Sebagian buku kuno menyebutkan, bilah keris adalah lambang dari bentuk
lingga (phallus) atau alat kelamin pria, ganja keris adalah lambang dari yoni,
yakni alat kelamin perempuan. Sedangkan pesi adalah pemersatu antara lingga dan
yoni. Menurut filsafat kuno, persatuan antara lingga dan yoni melambangkan
kesuburan, kesinambungan, dan kekuatan.
BILAH keris atau wilah, atau wilahan, juga terbagi menjadi tiga bagian, yakni
bagian pucuk, tengah atau awak-awak, dan bagian sor-soran atau bongkot. Ricikan
atau komponen keris hampir seluruhnya menempai bagian sor-soran keris ini.
Di Palembang, Riau, Malaysia, dan Brunei wilahan disebut awak keris.
Panjang bilah keris yang normal, maksudnya keris Jawa, berkisar antara 33
sampai 37 cm, dan lebar ganjanya antara 8,5 cm bagian paling bawah dan sekitar
4 cm di bagian tengahnya.
Di tengah bilah, membujur dari atas ke bawah, kadang kadang memakai ada-ada
semacam tulangan penguat.
Bentuk permukaan wilahan keris ada lima macam. Yang memakai ada-ada ada tiga
macam, yaitu yang nggigir sapi atau nggigir lembu; yang ngadal meteng, dan yang
ngeruwing. Sedangkan yang tidak memakai ada-ada, ada dua macam. Pertama adalah
yang nglimpa, dan kedua yang rata.
Dilihat dari konturnya atau bentuk keseluruhannya, wilahan terbagi atas tiga
macam, yakni yang mbambang atau nilam upih atau anggodong pohung, yang mucuk
bung, dan yang nyujen.
Sedangkan di tinjau dari kemiringan posisi bilahnya terhadap garis ganja,
dibagi tiga macam, yaitu yang condong, yang leleh, dan yang mayat.
Yang leleh lebih miring ketimbang yang condong. Sedangkan bilah keris yang
mayat, adalah yang miring sekali.
GANJA adalah bagian bawah dari sebilah keris, seolah-olah merupakan alas atau
dasar dari bilah keris itu. Pada tengah ganja, ada lubang untuk memasukkan
bagian pesi. Bagian bilah dan bagian ganja dari sebilah keris, merupakan
kesatuan yang tak boleh dipisahkan. Beberapa pengamat budaya keris mengatakan
bahwa bagian-bagian itu melambangkan kesatuan lingga dan yoni. Bagian ganja mewakili
lambang yoni, sedangkan bagian bilah keris melambangkan lingganya. Dalam budaya
lama, persatuan antara lingga dan yoni merupakan lambang kesuburan,
kesinambungan, dan keabadian.
Bentuknya ganja sepintas lalu mirip dengan bentuk tubuh cecak atau tokek tanpa
kaki. Bagian depannya mirip kepala cecak dan disebut sirah (kepala) cecak.
Ujung sirah cecak, pada bagian yang agak meruncing, disebut cocor. Di belakang
Sirah cecak ada bagian ganja yang menyempit seperti leher, lazim disebut gulu
meled.
Begitu pula bagian perut dan ekor ganja, sebutannya selalu dikaitkan dengan
bagian tubuh cecak. Bagian 'perut' ganja disebut wetengan, waduk, atau gendok,
sedang bagian 'ekor' disebut buntut cecak.

Tepat di tengah waduk, ada lobang bergaris tengah kira-kira 0,8 cm untuk jalan
masuknya pesi keris. Pada keris buatan Palembang, lubang pesi ini lebih lebar,
yakni sekitar 1 cm. Lubang ini, di arah endas cecak dan arah kepet, terdapat
alur kecil, sebesar jarum, untuk tempat lalunya pantek atau sindik, yang
membuat ganja itu rapat dengan pesinya.
Pada keris-keris jenis nom-noman pada bagian belakang ganjanya, persis di bawah
wadidang, kadang-kadang dibuat tungkakan.
Ragam bentuk ganja ada beberapa macam, yakni ganja Sebit Rontal, Mbatok
Mengkurep, Wuwung, Wilut (Welut), Dungkul, Sepang, dan Kelap Lintah. Ganja
wuwung adalah bentuk ganja yang paling tua. Keris-keris tangguh Segaluh,
Pajajaran, dan Tuban kebanyakan memakai ganja wuwung.
Di Bali orang membagi ganja menurut ragam bentuknya, ganja leser, ganja celeg,
ganja dungkul, dan ganja ombak-ombakan.
Ragam bentuk ganja itu tidak menentukan nama dapur sesuatu keris, tetapi
menjadi pertimbangan untuk menentukan tangguh-nya. Jadi, sebuah keris berdapur
Pasopati, misalnya, bisa memakai ganja wuwung, bisa ganja yang mbatok
mengkureb, atau wilut.
Tetapi sebuah keris berdapur Tilam Upih, misalnya, kalau memakai ganja wuwung,
bisa diperkirakan keris itu tergolong tangguh tua. Mungkin tangguh Pajajaran,
mungkin Tuban. Dan, kalau ganjanya kelap lintah, itu tidak mungkin keris
tangguh Pajajaran, atau Tuban.
Di Semenanjung Melayu, Brunei, Serawak, dan Sabah Serta Riau, sebagian pecinta
keris menyebut ganja dengan istilah aring. Sedangkan bentuk ganja yang berombak
disana disebut atikasana. Sedangkan ganja yang meruncing cocornya disebut aring
sikunyir. Namun mereka yang sering membaca buku-buku keris terbitan Indonesia,
pada akhirnya tetap menyebutnya dengan istilah ganja.
Pada keris-keris yang mewah, keris yang diberi hiasan kinatah emas, misalnya,
bagian ganjanya pun juga diberi hiasan kinatah emas, biasanya dengan pola hias
lung-lungan. Ada yang di-kinatah kaligrafi. Bahkan ada ganja yang dihias dengan
intan atau berlian yang ditanam di ganja itu.
Selanjutnya mengenai ricikan keris yang disebut Kembang Kacang dan Greneng.

KEMBANG KACANG, atau telale gajah, atau Sekar Kacang adalah nama bagian yang
bentuknya. Di Semenanjung Malaya, Brunei, Serawak, Sabah, dan Palembang,
Pontianak, serta Riau, bagian ini disebut belalai gajah.
Kembang kacang, yang termasuk salah satu ricikan keris, ini selalu menempel
pada bagian atas dan bagian atas dari bagian gandik, pada bagian depan
sor-soran. Di bawah ketiak kembang kacang biasanya terdapat jalen. Di bawahnya
sering kali terdapat lambe gajah dan jalu memet.
Tidak semua keris mempunyai kembang kacang. Banyak juga yang tidak. Keris yang
tidak memakai kembang kacang disebut keris ber-gandik polos, atau ber-gandik
lugas.
Walaupun secara umum bentuknya sama, tetapi kembang kacang mempunyai cukup
banyak variasi bentuk, yaitu Nguku Bima,Pogok, Gula Milir, Malik atau Kuwalik,
Bungkem, Nyunti atau Nggelung Wayang, dan Gatra. Kembang kacang yang patah atau
putus, biasanya disebut pugut.
Dalam sejarah perkerisan, ricikan kembang kacang baru ada setelah zaman
Segaluh, dan baru sempurna bentuknya pada keris-keris tangguh Jenggala. Keris
tangguh Buda tidak ada yang memakai kembang kacang.
Keris-keris buatan Riau Kepulauan dan Semenanjung Malaya pun mempunyai beberapa
ragam bentuk kembang kacang. Di sana, ragam bentuk kembang kacang yang disebut
belalai gajah, ragam bentuknya terbagi atas: Saing, Kuku Ala, dan Lidah Tiang.
Selain itu, walau pun bentuk dasarnya sama, kembang kacang daerah satu tidak
sama bentuknya dengan daerah satu dengan lainya.
Sumber Artikel Dari Java Keris
http://www.javakeris.com
Aspek Eksoteri Dan
Esotori Keris
EKSOTERI KERIS
Eksoteri adalah telaah yang membahas hal-hal yang dapat terlihat, dapat diraba,
dan bisa diukur. Dalam dunia perkerisan, eksoteri keris meliputi pembicaraan
masalah dapur keris, pamor keris, warangka (sarung) keris, ukiran (hulu) keris,
termasuk teknik pembuatan dan sejarah asal usulnya.
Bentuk bilah keris terdiri atas ratusan dapur (lihat Istilah Keris).
Dari yang ratusan itu bisa dibagi menjadi dua golongan besar, yakni bilah keris
yang lurus, dan yang memakai luk.
Dapur Keris Lurus
1. Betok
2. Brojol
3. Tilam Upih atau Tilam Petak
4. Jalak
5. Panji Nom
6. Jaka Upa atau Jaga Upa
7. Semar Betak
8. Regol
9. Karna Tinanding
10. Kebo Teki
11. Kebo Lajer
12. Jalak Nguwuh atau Jalak Ruwuh
13. Sempaner atau Sempana Bener
14. Jamang Murub
15. Tumenggung
16. Patrem
17. Sinom Worawari
18. Condong Campur
19. Kalamisani
20. Pasopati
21. Jalak Dinding
22. Jalak Sumelang Gandring
23. Jalak Ngucup Madu
24. Jalak Sangu Tumpeng
25. Jalak Ngore
26. Mundarang atau Mendarang
27. Yuyurumpung
28. Mesem
29. Semar Tinandu
30. Ron Teki atau Roning Teki
31. Dungkul
32. Kelap Lintah
33. Sujen Ampel
34. Lar Ngatap atau Lar Ngantap
35. Mayat atau Mayat Miri (ng)
36. Kanda Basuki
37. Putut dan Putut Kembar
38. Mangkurat
39. Sinom
40. Kala Muyeng atau Kala Munyeng
41. Pinarak
42. Tilam Sari
43. Jalak Tilam Sari
44. Wora-wari
45. Marak
46. Damar Murub atau Urubing Dilah
47. Jaka Lola
48. Sepang
49. Cundrik
50. Cengkrong
51. Nagapasa atau Naga Tapa
52. Jalak Ngoceh
53. Kala Nadah
54. Balebang
55. Pedak Sategal
56. Kala Dite
57. Pandan Sarawa
58. Jalak Barong atau Jalak Makara
59. Bango Dolog Leres
60. Singa Barong Leres
61. Kikik
62. Mahesa Kantong
63. Maraseba.
Dapur Keris Luk Tiga
1. Jangkung Pacar
2. Jangkung Mangkurat
3. Mahesa Nempuh
4. Mahesa Soka
5. Segara Winotan atau Jaladri Winotan
6. Jangkung
7. Campur Bawur
8. Tebu Sauyun
9. Bango Dolog
10. Lar Monga atau Manglar Monga
11. Pudak Sategal Luk 3
12. Singa Barong Luk 3
13. Kikik luk 3
14. Mayat
15. Jangkung
16. Wuwung
17. Mahesa Nabrang
18. Anggrek Sumelang Gandring
Dapur Keris Luk Lima
1. Pandawa
2. Pandawa Cinarita
3. Pulanggeni
4. Anoman
5. Kebo Dengen atau Mahesa Dengen
6. Pandawa Lare
7. Pundak Sategal Luk 5
8. Urap-urap
9. Nagasalira atau Naga Sarira
10. Naga Siluman
11. Bakung
12. Rara Siduwa atau Lara Siduwa atau Rara Sidupa
13. Kikik Luk 5
14. Kebo Dengen
15. Kala Nadah Luk 5
16. Singa Barong Luk 5
17. Pandawa Ulap
18. Sinarasah
19. Pandawa Pudak Sategal
Dapur Keris Luk Tujuh
1. Crubuk atau Carubuk
2. Sempana Bungkem
3. Balebang Luk 7
4. Murna Malela
5. Naga Keras
6. Sempana Panjul atau Sempana Manyul
7. Jaran Guyang
8. Singa Barong Luk 7
9. Megantara
10. Carita Kasapta
11. Naga Kikik luk 7
Dapur Keris Luk Sembilan
1. Sempana
2. Kidang Soka
3. Carang Soka
4. Kidang Mas
5. Panji Sekar
6. Jurudeh
7. Paniwen
8. Panimbal
9. Sempana Kalentang
10. Jaruman
11. Sabuk Tampar
12. Singa Barong Luk 9
13. Buta Ijo
14. Carita Kanawa Luk 9
15. Kidang Milar
16. Klika Benda
Dapur Keris Luk Sebelas
1. Carita
2. Carita Daleman
3. Carita Keprabon
4. Carita Bungkem
5. Carita Gandu
6. Carita Prasaja
7. Carita Genengan
8. Sabuk Tali
9. Jaka Wuru
10. Balebang Luk 11
12. Sempana Luk 11
13. Santan
14. Singa Barong Luk 11
15. Naga Siluman Luk 11
16. Sabuk Inten
17. Jaka Rumeksa atau Jaga Rumeksa
Dapur Keris Luk Tigabelas
1. Sengkelat
2. Parung Sari
3. Caluring
4. Johan Mangan Kala
5. Kantar
6. Sepokal
7. Lo Gandu atau Lung Gandu
8. Naga sasra
9. Singa Barong Luk 13
10. Carita Luk 13
11. Naga Siluman Luk 13
12. Mangkunegoro
13. Bima Kurda Luk 13
14. Karawelang Luk 13 atau Kala Welang
15. Bima Kurda Luk 13
16. Naga Siluman Luk 13

Dapur Keris Luk Limabelas
1. Carang Buntala
2. Sedet
3. Ragawilah
4. Raga Pasung
5. Mahesa Nabrang atau Kebo Nabrang
6. Carita Buntala Luk 15
Dapur Keris Luk Tujuhbelas
1. Carita Kalentang
2. Sepokal Luk 17
3. Lancingan atau Kancingan atau Cancingan
4. Ngamper Buta
Dapur Keris Luk Sembilanbelas
1. Trimurda
2. Karacan
3. Bima Kurda Luk 19
Dapur Keris Luk Duapuluh Satu
1. Kala Tinanding
2. Trisirah
3. Drajid
Dapur Keris Luk Duapuluh Lima
1. Bima Kurda Luk 25
Dapur Keris Luk Duapuluh Tujuh
1. Tagawirun
Dapur Keris Luk Dupuluh Sembilan
1. Kala Bendu Luk 29
Di Pulau Jawa, keris yang luknya limabelas atau lebih, digolongkan sebagai
keris Kalawijan atau Palawijan. Dulu, keris kalawijan ini diberikan pada
orang-orang yang berbeda dengan orang yang normal, yakni orang yang eksentrik,
yang terlalu pintar, yang punya kelebihan, atau yang punya kekurangan.
Untuk bisa membedakan dapur keris yang satu dengan lainnya, orang perlu lebih
dahulu memahami berbagai komponen atau ricikan keris. Tanpa tahu dan faham
benar mengenai ricikan keris, mustahil orang bisa mengetahui atau menentukan
nama dapur keris.
ESOTERI KERIS
Adalah semacam ilmu atau pemusatan perhatian terhadap apa yang tidak tampak
dari luar, pada sebilah keris. Esoteri keris antara lain membicarakan soal
tuah, tanjeng, tayuh, khasiat, daya magis, manfaat, pengaruh, isi, penunggu,
dan yang semacam dengan itu.
Terlepas soal percaya atau tidak, benar atau salah, maka esoterikeris merupakan
salah satu dari banyak cabang budaya perkerisan. Ia selalu dibicarakan orang,
baik yang percaya maupun tidak, bukan hanya dikalangan masyarakat pecinta keris
di Indonesia, tetapi juga di negara lain, termasuk negara-negara barat.
Biasanya, selain dibicarakan dari sudut budaya, esoteri keris juga sering
dibahas dari sudut agama.
Lawan kata dari esoteri keris adalah eksoteri keris atau exoteri keris. Berbeda
dengan esoteri keris, maka eksoteri keris membicarakan soal-soal keris yang
tampak dari luar. Antara lain yang dibicarakan soal dapur keris, pamor, jenis
besi dan yang semacam dengan itu.
Pembicaraan soal esoteri keris hampir selalu berkaitan dengan soal tuah atau
kesaktian keris. Karena soal tuah amat erat kaitannya dengan pengalaman pribadi
seseorang, sikap spiritual seseorang, maka soal esoteri itu tidak dapat
diperdebatkan.
Selama ini hanya tiga buku yang secara khusus membahas soal esoteri keris,
yakni Esoteri Keris tulisan Syamsul Alam, terbitan Citrajaya, Surabaya, 1983;
dan Mengungkap Rahasia Isi Keris, tulisan Bambang Harsrinuksmo, terbitan
Pustaka Grafikatama, Jakarta, 1992. Selain itu, tahun 1996, S. Lumintu juga
menulis buku yang menyangkut soal esoteri keris. Judulnya Daya Gaib Keris
Pusaka & Kayu.
Ketiga buku yang disebut di atas, membahas soal esoteri dengan bahasa
perkerisan, berbeda dengan buku-buku lain yang membahas esoteri keris dengan
bahasa perdukunan atau perklenikan.
Sumber Artikel Dari : Java Keris
http://www.javakeris.com
Pamor Keris
SALAH satu aspek penting dalam eksoteri keris
selain dapur, tangguh, perabot, adalah pamor keris. Mengenai sebilah keris pada
umumnya orang akan bertanya, apa dapurnya, apa pamornya, tangguh mana, dan
bagaimana perabotnya. Sebagian orang bahkan menganggap pamor paling penting
dari semua aspek keris yang ada.
Kata pamor mengandung dua pengertian. Yang
pertama, menunjuk gambaran tertentu berupa garis, lengkungan, lingkaran, noda,
titik, atau belang-belang yang tampak pada permukaan bilah keris, tombak, dan
tosan aji lainnya. Sedangkan yang kedua, dimaksudkan sebagai jenis bahan
pembuat pamor itu.
Motif atau pola gambaran pamor terbentuk pada
permukaan bilah keris karena adanya perbedaan warna dan berbedaan nuansa dari
bahab-bahan logam yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan keris, tombak,
dan tosan aji lainnya. Dengan teknik tempa tertentu, logam bahan baku keris
akan menyatu dalam bentuk lapisan-lapisan tipis, tetapi bukan bersenyawa atau
lebur satu dengan lainnya. Karena adanya penyayatan pada permukaan bilah keris
itu, gambaran pamor pun akan terbentuk.
Gambaran pamor ini diperjelas dan diperindah
dengan cara mewarangi keris, tombak, atau tosan aji itu. Setelah terkena
larutan warangan, bagian keris yang terbuat dari baja akan menampilkan warna
hitam keabu-abuan, yang dari besi menjadi berwarna hitam legam, sedangkan yang
dari bahan pamor akan menampilkan warna putih atau abu-abu keperakan.
Teknik tempa dalam pembuatan senjata berpamor ini
merupakan ketrerampilan khas Indonesia, terutama Pulau Jawa. Bahkan seni pamor
itu mungkin bisa dibilang penemuan orang Indonesia. Tidak ada bangsa lain
selain Indonesia yang dalam catatan sejarah kebudayaannya mengenal seni tempa
senjata berpamor, sebelum abad ke-10.
Asal Mula Pamor
Tidak ada data tertulis yang pasti mengenai kapan
orang Indonesia (Jawa) menemukan teknik tempa senjata berpamor. Namun jika
dilihat bahwa sebagian bilah keris Jalak Buda sudah menampilkan gambaran pamor,
bisa diperkirakan pamor dikenal bangsa Indonesia setidaknya pada abad ke-7.
Pamor yang mereka kenal itu terjadi karena ketidaksengajaan, dengan mencampur
beberapa macam bahan besi dari daerah galian yang berbeda. Perbedaan komposisi
unsur logam pada senyawa besi yang mereka pakai sebagai bahan baku pembuatan
keris itulah yang menimbulkan nuansa warna yang berbeda pada permukaan bilahnya,
sehingga menampilkan gambaran pamor.
Keris dan tombak tangguh Jenggala sudah
menampilkan rekayasa pamor yang amat indah dan mengagumkan. Jelas pamor itu
bukan berasal dari ketidaksengajaan, melainkan karena teknik tempa dan rekayasa
si empu. Inilah yang menimbulkan tanda tanya, apakah Jenggala dalam perkerisan
sama dengan Jenggala dalam ilmu sejarah? Mengapa budaya masyarakat di kerajaan
yang berdiri pada abad ke-11 itu sudah terampil membuat rekayasa seni pamor?
Bahan Pamor
Selain menunjuk pada pengertian tentang pola
gambarannya, pamor juga dimaksudkan menunjuk pengertian mengenai bahan pembuat
pamor itu.
Ada empat macam bahan pamor yang acapkali
digunakan dalam pembuatan keris, dan tosan aji lainnya. Dari yang empat itu,
tiga di antaranya adalah bahan alami, sedangkan bahan pamor yang keempat adalah
unsur logam nikel yang telah dimurnikan oleh pabrik.
Bahan pamor yang tertua adalah bahan keris dari
dua atau beberaoa senyawa besi yang berbeda. Senyawa besi yang berbeda
komposisi unsur-unsurnya itu, tentunya didapat dari daerah yang berbeda pula.
Dari bahan pamor ini, pamor yang terjadi dinamakan pamor sanak.
Bahan pamor lainnya adalah batu bintang atau batu
meteor. Penggunaan bahan meteorit untuk bahan pamor bukan hanya dilakukan oleh
para empu di Pulau Jawa, juga di daerah lain di Indonesia. Badik batu dan
mandau batu, misalnya, dibuat oleh orang Sulawesi dan Kalimantan.
Di Sulawesi selain batu bintang atau batu meteor,
ada bahan pamor lain yang banyak terdapat di daerah Luwu. Bahan pamor dari Luwu
ini kemudian menjadi komoditi dagang antarpulau, bahkan juga dikenal dan
diperdagangkan di Singapura, Semenanjung Malaya, dan Thailand. Mereka
mengenalnya sebagai pamor Luwu atau bassi pamoro.
Jenis bahan pamor yang terakhir adalah nikel.
Dulu, beberapa puluh tahun yang lalu, nikel lebih sering dijumpai sudah
bercampur dengan unsur logam lainnya, biasanya dengan besi. Tetapi kini, tahun
2000, mudah didapat nikel murni yang dijual kiloan.
Dari empat macam bahan pamor itu, batu meteorlah
yang terbaik, karena bahan itu mengandung titanium yang banyak memiliki
kelebihan dibandingkan dengan bahan pamor lainnya. Bahan baku pamor meteorit
yang terkenal adalah yang berasal dari daerah Prambanan, Jawa Tengah, yang
kemudian dinamakan Kanjeng Kyai Pamor dan disimpan di halaman Keraton Kasunanan
Surakarta.
Jenis-jenis Pamor Keris
Ditinjau dari teknik pembuatannya, dikenal adanya
dua macam pamor, yakni pamor mlumah dan pamor miring. Dibandingkan dengan pamor
miring, pamor mlumah relatif lebih mudah pembuatannya, dan resiko gagalnya
lebih kecil. Itulah sebabnya rata-rata nilai mas kawin (harga) keris berpamor
mlumah lebih rendah dibandingkan keris yang berpamor miring.
Ditinjau dari bagaimana terjadinya pamor itu,
macam-macam motif pamor dibagi dalam dua golongan besar, yakni pamor tiban atau
pamor jwalana, dan pamor rekan atau pamor anukarta. Yang digolongkan pamor
tiban adalah jenis motif atau pola gambaran pamor yang bentuk gambarannya tidak
direncanakan dahulu oleh si empu. Gambaran pola pamor yang terjadi bukan karena
diatur atau direkayasa oleh Sang Empu, dianggap sebagai anugerah Tuhan. Pola
pamor golongan ini di antaranya, Wos Wutah, Ngulit Semangka, Sumsum Buron,
Mrutusewu, dan Tunggak Semi.
Sedangkan yang digolongkan pamor rekan, adalah
pamor yang pola gambarannya dirancang atau direkayasa lebih dahulu oleh Sang
Empu. Termasuk jenis ini di antaranya, pamor Adeg, Lar Gangsir, Ron Genduru,
Tambal, Blarak Ngirid, Ri Wader, dan Naga Rangsang.
Penamaan dan Simpangsiurnya Nama Pamor
Karena ragam pola gambaran pamor jumlahnya banyak
sekali, untuk membedakan pola satu dengan lainnya, tiap motif pamor itu diberi
nama. Ada dua cara pemberian nama pamor dalam dunia perkerisan di Pulau Jawa.
Pertama, dengan melihat hasil akhir penampilan
pamor yang tampak. Jadi, jika gambar pamor itu mirip dengan kulit semangka,
pamor itu disebut Ngulit Semangka, walaupun mungkin Sang Empu bukan berniat
membuat pamor Ngulit Semangka, tetapi Wos Wutah.
Kedua, dengan memperkirakan niat Sang Empu.
Misalnya, jika si empu diperkirakan berniat akan membuat pamor Ri Wader,
ternyata jadinya mirip dengan gambaran pamor Mayang Mekar, maka pamor itu tetap
dinamakan pamor Ri Wader, tetapi gagal. Karena kegagalan itu, nama pamor itu
ditambah dengan kata 'wurung' sehingga menjadi Ri Wader Wurung.
Tetapi penamaan cara yang kedua ini hanya bisa
dilakukan oleh orang yang benar-benar memahami teknik pembuatan pamor. Orang
kebanyakan, yang bukan pakar - jelas akan memakai cara penamaan pamor yang
pertama.
Yang juga membingungkan, adanya perpedaan
penyebutan nama pamor. Contohnya, pamor Lawe Setukel, ada yang menyebut Benang
Satukel atau Lawe Saukel, atau Benang Saukel. Ada lagi, Blarak Sinered, Blarak
Ginered, atau Blarak Ngirid. Ada lagi, Melati Rinonce atau Melati Rinenteng
atau Melati Sato-or. Dan, masih banyak lagi kesimpangsiuran semacam itu.
Yang lebih parah dari itu, misalnya: Pamor Sada
Saler atau Adeg Siji. Namanya beda, tapi pola pamornya yang itu-itu juga.
Perbedaan nama ini makin jauh lagi, karena nama Sada Saeler disalahucapkan
menjadi Sada Jaler, dan kemudian menjadi Sada Lanang. Dan yang agak menggelikan
nama Sada Saeler ditulis oleh orang Belanda dengan ejaan Sadasakler, kemudian
nama itu diterjemahkan menjadi sadasa kleur yang artinya 'sepuluh warna'. Ini
karena kata kleur yang berasal dari bahasa Belanda memang berarti warna.
Istilah-istilah Mengenai Pamor
Dalam buku-buku lama mengenai keris sering
dijumpai berbagai istilah untuk menggambarkan keadaan dan penampilan pamor.
Bahasa Jawanya: Wujud semuning pamor.
Istilah-istilah itu pada umumnya kurang begitu
dikenal orang yang hidup pada masa kini. Di antaranya adalah:
1. Pamor yang mrambut, merupakan istilah penilaian
pamor melalui kesan rabaan (grayangan - Jw.) - yakni pamor yang jika diraba
dengan ujung jari rasanya seperti meraba rambut, Munculnya pamor semacam itu
pada permukaan bilah keris bagaikan susunan helaian rambut, atau seperti
serat-serat yang halus dan lembut.
2. Pamor yang ngawat, juga berkaitan dengan kesan
rabaan seperti di atas, tetapi rasa rabaannya tidak sehalus pramor yang
mrambut, - melainkan seolah-olah seperi rabaan jajaran kawat yang lembut.
3. Pamor yang nggajih merupakan istilah penilaian
pamor melalui kesan penglihatan, yakni pamor yang tampak seperti lemak beku
menempel di permukaan bilah keris. Keris atau tosan aji yang pamornya nggajih
biasanya adalah keris yang bermutu rendah atau yang sering disebut keris
rucahan. Keris semacam itu jika dijentik (dithinthing - Jw.) biasanya tidak
berdenting.
4. Pamor mbugisan adalah istilah penilaian pamor
melalui kesan penglihatan dan rabaan. Permukaan bilah keris yang pamornya
tergolong mbugisan rabaannya halus, sedangkan gradasi berbedaan warna antara
besinya yang hitam dan pamornya yang putih keperakan tidak nyata terlihat,
tidak kontras.
5. Pamor yang nyanak adalah istilah untuk pamor
Sanak atau pamor peson, merupakan istilah penilaian pamor menurut kesan
penglihatan dan rabaan. Alur-alur pola gambaran pamor ini tidak jelas, tak
kontras, tetapi rabaannya sangat terasa, agak kasar. Keris berpamor sanak
biasanya dibuat dari bahan pamor yang berupa mineral besi yang didapat dari
daerah lain. Jika dijentik, keris dengan pamor sanak tidak berdenting nyaring.
6. Pamor yang kelem, yang yang penampillannya
cukup jelas, cukup kontras, tetapi sedemikian rupa sehingga seolah yang
terlihat ini hanya sebagian kecil dari keseluruhan pamor. Seolah sebagian terbesar
dari pamor itu 'tengelam' di dalam badan bilah. Pamor yang kelem itu jika
diraba akan terasa lumer atau halus dan lembut.
7. Pamor yang kemambang adalah kebalikan dari
pamor yang kelem. Pamor ini memberi kesan seolah bagian pamor yang tertanam di
badan bilah hanya sedikit saja. Jika diraba, pamor kemambang juga memberikan
kesan lumer dan halus.
8. Pamor yang ngintip adalah istilah penamaan
pamor yang sangat kasar perabaannya, malahan kadang-kadang di beberapa bagian
terasa tajam. Pamor yang ngintip ini bisa terjadi karena dua sebab. Pertama si
empu boros atau dermawan (loma- Jw.) terhadap bahan pamor yang digunakannya,
sehingga jumlah bahan pamor yang digunakan berlebihan. Bisa juga terjadi karena
ketidaksengajaan, yakni untuk memberikan kesan wingit pada keris itu.
Sebab yang kedua adalah si empu menggunakan bahan
pamor bermutu tinggi, tetapi besi yang digunakan mutunya kurang baik, sehingga
besi itu cepat aus. Sewaktu besinya sudah aus, sedangkan pamor tidak, maka
pamor itu akan 'muncul' di permukaan bilah secara berlebihan.
9. Pamor yang mubyar yakni pamor yang tampak
cerah, cemerlang, dan kontras dengan warna besinya. Walaupun warnanya kontras,
namun jika diraba akan terasa lumer, halus.
Selain istilah-istilah yang di atas, untuk menilai
pamor orang juga mengamati kondisi tertanamnya pamor pada badan bilah keris
atau tosan aji lainnya. Menurut istilah Jawa, kondisi itu disebut tancebing
atau tumancebing pamor.
Tancebing atau kondisi tertancapnya pamor pada
badan bilah ada dua macam, yakni pandes (pandhes), yang tertanamnya pamor
seolah dalam dan kokoh; dan kumambang, yaitu yang seolah-olah mengambang atau
mengapung di permukaan bilah.
Tuah dan Perlambang
Banyak penggemar keris yang mengkaitkan nama dan
motif pamor dengan tuah keris atau tombaknya. Untuk mengetahui sebuah keris
atau tombak itu baik atau tidak tuahnya, orang lebih dahulu akan mengamati
jenis motif pamornya. Begitu pula jika orang ingin tahu apa tuah atau manfaat
keris itu, yang pertama kali dilihat adalah pamornya. Itulah sebabnya, mengapa
di kalangan penggemar keris timbul istilah ‘membaca pamor’. Mereka menganggap
bahwa tuah keris dapat dibaca dari pamornya.
Anggapan itu tidak bisa disalahkan. Soalnya,
seandainya pamor itu termasuk jenis pamor tiban, gambaran yang muncul dianggap
sebagai pratanda dari Tuhan mengenai isi dan tuah keris itu. Jadi, motif atau
pola yang tergambar pada pamor itu dianggap sebagai petunjuk untuk
memperkirakan baik buruknya keris itu, sekaligus juga memperkirakan tuah apa
yang terkandung di dalamnya.
Kalau motif pamor itu tergolong pamor rekan, maka
pamor itu akan direka oleh Sang Empu sedemikian rupa sehingga bentuk
gambarannya sesuai dengan niat empu, yang dirupakan dalam doa adan mantera yang
diucapkannya. Misalnya, jika Sang Empu menginginkan keris buatannya mempermudah
si pemilik untuk mencari rezeki, ia akan membuat pamor Udan Mas, Pancuran Mas,
Tumpuk, atau Mrutu Sewu. Tetapi jika si empu ingin agar keris buatannya bisa
menambah kewibawaan pemiliknya, empu itu akan membuat keris dengan pamor Naga
Rangsang, Ri Wader, Raja Abala Raja, dan yang sejenis dengan itu.
Gambaran motif pamor adalah perlambang harapan.
Harapan Sang Empu, sekaligus juga harapan si pemilik keris.
Kira-kira sama halnya dengan gambaran rajah
penolak bala. Atau mungkin serupa pula dengan gambaran Patkwa yang oleh
masyarakat keturunan Cina dipercayai memiliki tuah sebagai penolak bala.
Mungkin mirip juga dengan kepercayaan sebagian orang Eropa yang menganggap
bentuk ornamen ladam kuda (sepatu kuda) sebagai bentuk yang dianggap bisa
mengusir setan dan roh jahat.
Dalam budaya Jawa - mungkin juga dibilang budaya
Indonesia, bentuk-bentuk tertentu membawa perlambang maksud dan harapan
tertentu pula.
Bentuk bulatan, lingkaran, garis lengkung, atau
gambaran yang memberikan kesan lumer, kental, tidak kaku, melambangkan kadonyan
atau kemakmuran duniawi, kekayaan, rejeki, keberuntungan, pangkat, dan yang
semacam dengan itu.
Bentuk gambaran garis yang menyudut, segi,
patahan, seperti segi tiga, segi empat, dan yang serupa dengan itu, dianggap
sebagai lambang harapan akan ketahanan atau daya tangkal terhadap godaan,
gangguan, serangan, baik secara fisik maupun nonfisik. Jika gambaran itu
dirupakan dalam bentuk pamor, itu melambangkan harapan akan kesaktian dan
kadigdayan.
Bentuk garis lurus yang membujur atau melintang,
atau diagonal, dipercaya sebagai lambang harapan akan kemampuan untuk mengatasi
atau menangkal segala sesuatu yang tidak diharapkan. Pamor yang serupa itu
dianggap dapat diharapkan kegunaannya untuk menolak bala, menangkal guna-guna
dan gangguan makhluk halus, menghindarkan bahaya angin ribut dan badai,
terhindar dari gangguan binatang buas dan binatang berbisa. Misalnya, pamor
Adeg.
Karena itulah, seorang empu sebenarnya juga bisa
dibilang seniman yang memahami bahasa perlambang, dan menggunakan gambaran
pamor sebagai media komunikasi.
Sumber Artikel Dari : Java Keris
http://www.javakeris.com
Tuah Keris
TUAH
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tuah antara
lain berarti sakti, keramat; berkat (pengaruh) yang mendatangkan keuntungan
(kebahagiaan, keselamatan, dsb). Secara umum, dalam dunia perkerisan tuah
diartikan sebagai kesaktian, daya luwih, kekuatan magis, dan manfaat gaib yang
terkandung dalam sebilah keris atau tosan aji lainnya. Bagi mereka yang percaya
akan adanya tuah pada sebilah keris, daya gaib yang terpancar atau 'sesuatu'
yang dirasakan itulah yang disebut angsar.
Pada dasarnya tuah keris itu selalu baik dan untuk
kebaikan. Tetapi tuah keris belum tentu akan cocok manfaatnya bagi seseorang.
Ilmu untuk mengenal dan mengetahui jenis-jenis angsar disebut ilmu tanjeng.
Untuk mengetahui cocok atau tidaknya sebilah keris bagi seseorang, digunakan
ilmu tayuh.
Kepercayaan akan adanya tuah, baik pada keris
maupun pada benda lainnya, bukan hanya ada pada masyarakat Jawa, Indonesia,
atau Asia saja juga pada banyak bangsa dari benua lainnya. Bagi sebagian orang,
terutama pecinta keris yang masih tergolong pemula, tuah keris dianggap dapat
dibuktikan secara fisik, misalnya, lilin menyala dapat padam dengan sendirinya
bila diacungi sebuah keris tertentu. Atau, bila keris tertentu direndam dalam
air, di bawah sinar terang matahari, tampak seperti ular hidup. Atau, keris
tertentu yang bilamana dipegang, rambut orang itu tidak dapat dipotong dengan
pisau silet. Dan, atraksi-atraksi mirip sulap lainnya.
Namun sebagian besar pecinta keris menganggap
bahwa tuah keris sebenarnya tidak bisa dilihat, namun dapat dirasakan.
Misalnya, setelah mendapat sebilah keris, rumah tangga yang sebelumnya selalu
ribut, jadi tenteram dan rukun. Atau, kariernya lebih lancar, atau usahanya
lebih maju, dlsb. Yang jelas, pengertian tentang tuah keris ini terkadang
bersifat subyektif, lain orang bias lain pendapatnya. Semua itu tergantung pada
lingkungan dan pengalaman hidup masing-masing.
Menayuh Keris
TAYUH
Adalah sejenis ilmu tradisional yang digunakan
untuk menentukan apakah sebilah keris akan cocok dipakai atau dimiliki oleh
seseorang, atau tidak. Ilmu ini terutama bermanfaat untuk meningkatkan kepekaan
seseorang agar dia dapat menangkap kesan karakter sebilah keris dan
menyesuaikan dengan kesan karakter dari calon pemiliknya. Contohnya, keris yang
menampilkan karakter keras, galak, tidak baik dipakai oleh seorang yang
sifatnya keras dan kasar. Untuk orang semacam itu sebaiknya dipilihkan keris
yang karakternya lembut, dingin.
Cara Me-nayuh
Ada berbagai cara untuk me-nayuh sebilah keris
atau tombak. Di Pulau Jawa dan dibeberapa daerah lainnya, yang terbanyak adalah
dengan cara meletakkan keris atau tombak itu di bawah bantal, atau langsung
dibawah tengkuk, sebelum tidur. Agar aman, keris atau tombak itu lebih dahulu
diikat dengan sehelai kain dengan sarungnya. Dengan cara ini si Pemilik atau
orang yang me-nayuh itu berharap dapat bertemu dengan 'isi' keris dalam
mimpinya. Namun cara ini tidak senantiasa berhasil. Kadang-kadang mimpi yang
dinantikan tidak muncul, atau seandainya mimpi, sesudah bangun lupa akan isi
mimpinya.
Jika malam pertama tidak berhasil biasanya akan
diulangi pada malam berikutnya, dan seterusnya sampai mimpi yang diharapkan itu
datang. Keris atau tombak itu dianggap cocok atau jodoh, bilamana pada saat
ditayuh orang bermimpi bertemu dengan seorang bayi, anak, gadis, atau wanita,
pemuda atau orang tua, yang menyatakan ingin ikut, ingin diangkat anak, atau
ingin diperistri.
Bisa jadi, yang ditemui dalam mimpi termasuk juga
makhluk yang menakutkan. Mimpi yang serupa itu ditafsirkan sebagai isyarat dari
'isi' keris yang cocok atau tidak cocok untuk dimiliki.
Bagi orang awan, cara me-nayuh lewat mimpi inilah
yang sering dilakukan, juga sampai sekarang. Selain cara itu masih banyak lagi
cara lainnya. Untuk dapat me-nayuh keris atau tosan aji lainnya, tidak harus
lebih dulu menjadi seorang ahli. Orang awan pun bisa, asalkan tahu caranya.
Dalam masyarakat perkerisan juga dikenal apa yang
disebut keris tayuhan, yaitu keris yang dalam pembuatannya lebih mementingkan
soal tuah daripada keindahan garap, pemilihan bahan besi, dan pembuatan
pamornya. Keris semacam itu biasanya mempunyai kesan wingit, angker,
memancarkan perbawa, dan ada kalanya menakutkan.
Walaupun segi keindahan tidak dinomorsatukan,
namun keris itu tetap indah karena pembuatnya adalah seorang empu. Padahal
seorang empu, tentulah orang yang mempunyai kepekaan keindahan yang tinggi.
Patut diketahui, keris-keris pusaka milik keraton, baik di Yogyakarta maupun di
Surakarta, pada umumnya adalah jenis keris tayuhan. Dapur keris tayuhan,
biasanya juga sederhana, biasanya juga sederhana, misalnya, Tilam Upih, Jalak
Dinding, dan Mahesa Lajer.
Bukan jenis dapur keris yang mewah semacam
Nagasasra, Naga Salira, Naga Kikik, atau Singa Barong. Selain itu, keris
tayuhan umumnya berpamor tiban. Bukan pamor rekan. Di kalangan peminat dan
pecinta keris, keris tayuhan bukan keris yang mudah diperlihatkan pada orang
lain, apalagi dengan tujuan untuk dipamerkan. Keris tayuhan biasanya disimpan
dalam kamar pribadi dan hanya dibawa keluar kamar jika akan dibersihkan atau
diwarangi.
Menanjeg Keris
Ilmu tanjeg dalam dunia perkerisan di Pulau Jawa
-- terutama di Yogyakarta dan Surakarta, adalah ilmu untuk membuat penilaian
mengenai karakteristik atau sifat tuah, serta manfaat gaib sebuah keris atau
tosan aji lainnya. Dalam budaya perkerisan di Pulau Jawa dikenal adanya istilah
angsar yang merupakan kekuatan gaib sebilah keris. Apa manfaat dan apa pula
mudaratnya angsar itu, dapat di ketahui dengan manggunakan ilmu tanjeg.
Dengan ilmu tradisional itu, bagi yang percaya,
seseorang dapat mengetahui kegunaan gaib dari sebuah keris,tombak, atau tosan
aji lainnya. Dengan ilmu tanjeg, misalnya, sebuah keris dikatakan mempunyai
manfaat dapat melindungi pemiliknya dari gangguan mahluk halus, dapat menahan
serangan guna-guna,menambah wibawa dan keberanian pemiliknya. Orang yang
memahami ilmu tanjeg pada umumnya disabut ahli tanjeg.
Ilmu tanjeg ini ada dua macam.
Yang pertama dengan melakukan pengamatan lahiriah
sebuah keris, baik dari besinya, pamornya, cara pembuatannya, bentuknya, dan
rabaannya. Cara ini juga di sebut nanjeg cara eksoteri. Misalnya, kalau keris
itu ber-dapur Jalak Sangu Tumpeng, bisa diduga manfaat atau tuah keris itu
adalah baik untuk mencari rezeki dan cocok untuk para pedagang. Kalau keris itu
pamornya Tunggaksemi, maka keris itu baik untuk mengembangkan modal. Jika
penampilan keris itu berkesan penampilan wingit, maka tidak baik untuk dipakai
para pedagang.
Cara kedua adalah dengan mengandalkan kemampuan
batiniah secara tradisional. Cara ini banyak macamnya,dan hanya dapat
dipelajari dengan metode tradisional, antara lain dengan berpuasa, menghafalkan
dan selalu mengulang-ngulang mantera dan doa tertentu, dengan bimbingan orang
yang menguasai ilmu itu. Cara itu disebut cara esoteri.
Banyak para ahli tanjeg yang menggunakan kedua
cara itu untuk menilai angsar sebilah keris,atau tosan aji lainnya.
Seorang ahli tanjeg, pada umumnya diminta
pendapatnya, kalau seseorang ingin membeli atau akan mendapatkan keris. Sebab
keris dulu yang dibuat sang empu untuk keperluan keprajuritan, tidak akan
sesuai digunakan oleh seorang pedagang. Keris yang dulu dibuat khusus untuk
orang yang berusia tua dan telah pensiun, tentu tidak baik digunakan oleh orang
muda yang masih aktif bekerja.
Ilmu tanjeg tidak hanya ada di Pulau Jawa dan di
Indonesia saja. Walaupun cara cara dan metodenya tidak sama, di Brunei
Darussalam pun ilmu yang semacam dengan ilmu tanjeg itu juga ada. Dan, hasil
tanjeg pun tidak jauh berbeda. Misalnya, sebuah keris yang di tanjeg oleh ahli
di Pulau Jawa di katakan bermanfaat baik untuk berdagang baik untuk berdagang,
mengembankan usaha, dan memupuk kekayaan; dengan ilmu tanjeg ala Brunei, keris
yang sama, dikatakan keris berisi besi bendahara.
Sumber Artikel Dari : Java Keris
http://www.javakeris.com
Fungsi/Khasiat Dari
Minyak
Beberapa jenis minyak yang mungkin sudah banyak diketahui antara lain :
1. Minyak Jafaron Biasa
2. Minyak Jafaron Jibril
3. Minyak Misik Putih
4. Minyak Misik Hitam
5. Minyak Misik Kuning
6. Minyak Misik Melati
7. Minyak Cendana, Cinnamon dan Sandalwood
8. Minyak Sereh
9. Minyak Hajar Aswad
10. Minyak Melati Jasmine dan Cuddle
11. Minyak Kelapa Tunggal atau Manunggal
12. Minyak Duyung
13. Minyak Malindao
14. Minyak Mimta’dal
15. Minyak Fonibasalwa
16. Minyak Tukhafatu Al Jinn (Apel Jin)
17. Minyak Miatusaila
18. Minyak Sulaiman
19. Minyak Cobra
20. Minyak Sundalul Ahmar atau Ahmad
21. Minyak Infinity, Lemon, Jeruk, J-Lo dan Happy Clinic
22. Minyak Mawar, Rose, Enternity, Axe dan Cassablanca
23. Minyak Lavender
24. Minyak Menthol dan Tavvares
25. Minyak Saripati Kayu Gaharu
26. Minyak 1000 Bunga
27. Minyak Malaikat Subuh
28. Minyak Babi
29. Minyak Dagu
30. Minyak Crude Oil
31. Minyak Ketsuri atau Minyak Atsiri
32. Minyak Ambar
33. Minyak Zaitun
Minyak Cendana :
- Mengubah energy negatif menjadi positif
- Memperkuat aura
Minyak Misik:
- Mempertahankan aura/ energy
- Menstabilkan energy agar tidak naik turun
Minyak Jafaron:
- Untuk mengaktifkan benda
- Memperkuat aura
Minyak Cendana, Gaharu, Cinnamon dan Sandalwood berfungsi untuk membersikan
energi buruk yang bersifat maskulin sehingga akan membawa kerbersihan pada
energi yang sudah kotor. Berguna utk menolak gangguan jin, melindungi diri
ketika merasa takut melewati daerah yang dianggap menakutkan dan berguna utk
menambah rasa percaya diri.
Minyak Infinity, Lemon, Jeruk, J-Lo dan Happy Clinicberfungsi untuk
membersihkan aura pengguna dan juga untuk mempengaruhi birahi lawan jenis sang
pengguna.
Minyak Mawar, Rose, Enternity, Axe, Cassablanca dan 1000 Bunga berfungsi untuk
menampakkan ketenangan kepada suasana sekitar dimana pengguna akan terlihat
lebih cerah, lebih tenang dan nyaman dipandang buat lawan jenis yang melihat.
Minyak Jasmine, Melati dan Cuddle berfungsi membuat aroma kelembutan bagi sang
pengguna sehingga orang yang melihat akan timbul efek belas kasihan dan kepada
sang pengguna karena mereka akan melihat sang pengguna adalah sosok yang lugu.
Minyak Lavender berfungsi untuk membuat tenang suasana diri dan bagi para
supranaturalis sangat berguna untuk mempercepat latihan meraga sukma atau
sebagai perantara penghubung ke alam gaib cukup dengna menghirup aromanya.
Minyak Menthol atau Tavvares berfungsi untuk menghilangkan pengaruh pelet atau
pemikat atau menghilangkan khayalan ttg seseorang yang dicintai atau
disayanginya terlalu berlebihan. Jika minyak ini dicampur denan minyak
lavender, maka akan membuat orang pemarah menjadi tenang dan menghilangkan
pikiran yang membuat hati gelisah atau emosi.
Minyak Mentah atau Crude Oil. Minyak ini berwarna hijau karena bnyk mengandung
klorofil. Warna lainnya adalah merah, hitam, kuning jernih. Fungsi minyak ini
adalah sebagai penolak bala dan banyak olah masyarakat setempat.
Minyak Gaharu berfungsi untuk mendekatkan kita kepada leluhur. Cara
penggunaannya cukup dioleskan di nadi tangan kanan dan kiri kita.
Minyak Cendana ialah minyak yang cocok digunakan untuk meditasi. Minyak Cendana
itu mempunyai kesamaan karakter dengan Minyak Gaharu.
Minyak Apel Jin ada yang sudah berbentuk sari minyak yang berasal dari proses
apel jin yang berbentuk gel di proses menjadi minyak.
Minyak Misik Putih atau White Musk. Minyak berasal dari keringat menjangan
jantan yang sedang mengalami birahi untuk menarik lawan jenisnya. Keringat
menjangan ini memiliki karakter keringatnya membentuk crystal2 kecil yang
kemudian di extract menjadi minyak misik putih special / white musk dimana
didalamnya terdapat hormon pheromone pembangkit birahi lawan jenis. Sama halnya
dengan Mani Gajah yang mampu menghasilkan bau2 khas pembangkit birahi.
Sebenarnya sperma para pria lah yang sebenarnya memiliki kekuatan pembangkit
birahi yang baik yang kemudian dapat dicampurkan kedalam minyak yang
menunjangnya. Adapun pengambilannya mengikuti pola dan hari2 tertentu dimana
ada musim saat dimana menjangan, manusia dan gajah tsb pada waktu melepas
birahi tersebut dalam bentuk sperma. Dan paling sering rata2 pada saat bulan
purnama. Untuk pembangkitan chakra, minyak ini cocok ditaruh di chakra minor
dibawah ketiak dan di urat nadi serta telapak tangan, bawah leher kiri kanan,
di bawah bibir sekitar dagu, ujung pipi kiri kanan dan kepala atas fungsinya
agar terlihat bersinar wajah orang tersebut.
Minyak Jafaron Merah, salah satu fungsinya ialah sebagai pembangkit energi dan
sekaligus pembangkit birahi. Baunya yang menyengat dan membuat mata menjadi
pedas dan inilah yang menyebabkan setelah pembuatan rajah dengan menggunakan
Jafaron merah baik itu Jafaron tulis maupun Jafaron masak akan merasa sedikit
lebih bergairah. Cara pengolesannya cukup dioleskan ke nadi kita
Minyak Hajar Aswad. Minyak ini ketika dicampur dengan sedikit misik putih dan
ditambah dengan sedikit cendana kraton akan menghasilkan efek menenangkan
bathin dan cepat masuk kedalam state meditatif. Pemakaian biasa saya oleskan di
7 cakra utama.
Minyak Ambar berasal dari batu amber yang dipanaskan dimana batu tersebut
berasal dari getah salah 1 nya ialah getah pinus. Bau khasnya seperti tanah
akan terasa dan ini adalah yang terfavorite bagi saya dalam menemani
bermeditasi.
Minyak Cinnamon. Wangi Minyak Cinnamon sangat bagus digunakan untuk penghalusan
kulit, terutama bagi terapi kecantikan menggunakan bedak dicampur dengan
cinnamon ini akan memancarkan aura menjadi lebih bersih. Serbuk Cinnamon dapat
juga dijadikan sebagai salah 1 pembuatan pil aura yang bagus.
Minyak Zaitun sangat cocok di oleskan di cakra dasar cakra seks dan cakra perut
konon ke 3 cakra inilah yang membantu kita dalam peningkatan kerejekian.
Minyak Kasturi, Castury atau Kesturi. Minyak Kesturi sering digunakan untuk
menghaluskan kulit. Sebagai teraphy oil juga dapat digunakan untuk rileksasi
kulit dan menyegarkan kulit serta mengangkat kotoran2 kulit mengganti sel2 yang
mati /regenerasi kulit. Selain itu juga minyak kasturi dapat meningkatkan
vibrasi energi pada tubuh sekaligus membuat kepekaan bertambah. Bau khasnya
sangat menarik cocok digunakan dalam meditasi rileksasi.
Kegunaan :
1. Pembuluh nadi mengeras (minyaknya)
2. Ruam-ruam pada kulit
3. Encok
4. Perut kembung (bijinya)
5. Kencing kurang lancar
6. Keguguran
7. Masuk angin
Minyak Besi adalah minyak yang berasal dari meteor dan sering ditemukan di
daerah sulawesi bagian pedalaman. Cara mendapatkan minyaknya dengan cara
memeras keris/besi dan diperas layaknya memeras santan dan memang ada
airnya/minya yg keluar. Fungsinya banyak sekali karena sangat powerful.
Minyak Malaikat Subuh. Ada yang berwarna hijau ada yang kuning dengan bau khas
yang wangi. Gungsinya cocok dioleskan di kening, dada telapak tangan dan sikut
pada saat hendak meditasi / berdoa / shalat.
Minyak Duyung. Fungsinya untuk membuang sial dari susah jodoh (ruwatan enteng
jodoh) dan bisa digabung sama minyak kembang kantil dan minyak mawar melati mas
ditambah dengan 1000 bunga. Salah satu tempat minyak duyung berasal ada di
daerah bali. Atau coba aja cari di dekat pantai yg biasanya suka ada menangkap
duyung biasanya air mata crystal dari duyungnya itu di korek untuk di gunakan
sebagai minyak. Minyak duyung itu sebenarnya mempermudahkan untuk menyebut
minyak air mata duyung
sebenarnya maksudnya ya sama yaitu minyak yg berasal di daerah air mata duyung.
Karena pada sekitar mata duyung tersebut terdapat suatu zat minyak itu yang
digunakan dan biasanya mengkristal itu yg disebut mustikanya. Sebenarnya kenapa
minyak tersebut bisa mengisi sendiri itu dikarenakan terjadinya perubahan
struktur crystal tersebut yang terendam oleh airmatanya menambah banyak dan
masih mengandung suatu zat yang menstimulasi keluarnya minyak tersebut terdapat
bakteri yang cukup aktif yang berfungsi sebagai penggenerator minyak.
Minyak Gaharu berasal dr saripati kayu gaharu ini
juga memiliki aroma dan tingkat kekentalan yg sangat kuat. Minyak ini warnanya
hitam agak kecoklat2an.
Minyak Jafaron Biasa. Ada dua macam, sebagai parfum atau untuk membuat rajahan.
Sesungguhnya Za`faron itu ialah kunyit super kalau di kita. Manfaatnya ialah
untuk cleansing atau pembersih aura
atau juga bahkan sebagai desinkfektan suci hama penghalau virus penyakit secara
tinjauan medis.Dan tinjauan supranya ialah untuk pengasihan dan membuat tenang
dan stabil diri kita. Silahkan test ambil kunyit biasa lalu dipotong, kemudian
oleskan batu kapur
niscaya seketika kunyit itu akan berobah warna dari kuning menjadi merah
menyala dan itulah Za`faron. Namun hati-hati jangan menggunakan terlalu banyak
Za`faron perfume karena akan mengakibatkan naiknya nafsu birahi pada kita dan
orang sekitar kita.
Minyak Misik Putih. Misik Putih ini ialah misik concentrate dari misik biasa
dan tentu saja akan menimbulkan efek melebihi khasiat dari misik hitam.
Minyak Misik Hitam, inilah yg dimasa lalu banyak digunakan, sebab khasiatnya
menyebabkan harmonisasi jiwa dan menjadikan disukai dalam pergaulan, juga dapat
meredakan amarah, konsentrasi tertentu dari minyak ini juga berakibat
mempengaruhi efek pheromone yg menyebabkan birahi luar biasa. Misik atau Musk
Oil ialah butiran keringat kijang gunung yg mengkristal berwarna hitam keemasan
dan mengkilat kena cahaya lalu menjadi butiran butiran yg menempel pada
pundaknya yg akhirnya terlepas berceceran seperti batu kecil lembut. Keringat
itu dikeluarkan tatkala masa kijang tersebut dalam kondisi birahi dan
bermanfaat untuk dapat membuat kijang betina menjadi birahisehingga terlaksana
perkimpoian antara kijang jantan dan betina.
Minyak Cendana, Cinnamon dan Sandalwood . Cendana ialah sangat bagus sebagai
pembersih aura. bisa. Jika cendana kita bakar lalu uapnya kita biarkan ke wajah
kita niscaya wajah kita akan mencorong terang luar biasa (dan bagus buat terapy
aura). Minyak Cendana di tanah Jawa ialah sebagai tradisi pengolesan pada keris
sehingga dianggap minyak yg sangat tinggi untuk memelihara dan merawat keris
keraton.
Minyak Sereh
Ada 2 manfaat :
- untuk pengobatan masuk angin
- untuk pengasihan daya tarik
Minyak Hajar Aswad. Minyak ini untuk pengasihan juga, tapi kebanyakan buat
ibadah, biar disukai Malaikat.
Minyak Melati, Jasmine dan Cuddle. Minyak ini berfungsi untuk penenang, bagus
buat stabilisasi jantung, juga buat birahi dan pengasihan.
Minyak Kelapa Tunggal atau Manunggal sebagai campuran pendukung paling top buat
campuran minyak pengasihan dan pengobatan.
Minyak Duyung untuk pengasihan dan puter giling, tetapi banyak berhasil jika
dipakai para wanita.
Minyak Fonibasalwa ini dimasa lalu sebagai syarat untuk harta/barang terpendam.
Sayangnya sekarang ini sudah langka dan banyak palsunya.
Minyak Tukhafatu Al Jinn (Apel Jin) Minyak ini buat pemanggil jin sayangnya ini
sudah langka dan banyak palsunya dan aslinya masih di negeri Yaman.
Minyak Sulaiman Minyak Sulaiman ini juga langka, dan terbukti mujarab untuk
urusan membantu orang.
Minyak Cobra. Minyak ini juga mujarab untuk pengisian rajahan pada logam.
Minyak Saripati Kayu Gaharu Minyak ini bagus banget buat spiritual dan leluhur
sangat menyukai jika minyak dipakai untuk urusan tirakat dan ceremonial budaya.
Minyak 1000 Bunga. Minyak ini berwarna hijau muda dan mempunyai bau yang tahan
lama. Minyak ini harganya relatif terjangkau dan memiliki aroma yang sangat
khas.
Campuran Minyak 1000 Bunga terdiri dari Minyak Mawar, Minyak Melati dan Minyak
Cendana. Ketiganya dicampur dengan komposisi yg sama
Minyak Babi. Berfungsi untuk menangkal santet
Minyak Bulus. Berasal dari binatang bulus dan berfungsi utk pengasihan atau
membesarkan alat vital.
Minyak Dagu. Minyak ini terbuat dari bagian tubuh manusia. Fungsinya banyak
macamnya. Di thailand sendiri, minyak ini terkenal dengan nama minyak mayat,
minyak Nha Mang Phray atau NMP.
Empowering minyak dagu dengan dicampur dengan minyak jafaron dan utk
menjinakkannya bisa memakai misik hitam atau rajah. Bagi yang blm terbiasa akan
mengalami efek gatal.
Minyak Kantil. Berasal dari bunga kantil. Cocok untuk media pengasihan. Salah 1
pengaktifannya dengan cahaya rembulan pada malam jumat kliwon ditambah setetes
air hujan dimalam jumat kliwon.
Campuran Minyak Mani Gajah terdiri dari
- Minyak Kelapa Tunggal
- Mani Gajah
- Buluh Perindu asli
- Sayap Burung Samber Lilin
- Getah Kilayu
- Minyak duyung
- Bunga Wijaya Kusuma
- Mustika Merah Delima
Minyak Bayi Kelinci. Berasal dari bayi kelinci. Berfungsi utk pelet dan
pengasihan. Berfungsi agar wajah kita terlihat imut dan manis. Berasal dari
bayi kelinci yang imut dan baru lahir danyg dipilih ialah bagian jidatnya dan
atas alisnya karena disitu letak pengasihannya.
Minyak Candu dan Ponibasalwa biasanya digunakan untuk mengikat suatu entitas
mahluk ghaib. Fungsinya biasanya dimanfaatkan untuk penglaris, ruwatan,
pesugihan dll kesemuanya dikembalikan kepada si pengguna minyak tersebut.
Candu ada berbagai macam kualitas salah 1 nya dengan penggunaan ganja namun
yang berkualitas ialah penggunaan saripati otak manusia (sering disebut polo
manusia; suatu zat yang berada di daerah pusat kepala manusia sebagai penghasil
candu terbaik. Pada dasarnya banyak yang menggunakan candu sebagai perantara
komunikasi dikarenakan kebanyakan orang yang mencandu dapat mempermudah mereka
berkomunikasi dengan mahluk ghaib tertentu efek fly yg dihasilkan itu setara
dengan meditasi tertentu sehingga vibrasi nya mendekati vibrasi entitas mahluk
gaib tersebut.
Beberapa jenis getah yang bisa buat fly misalnya :
- Opium
- Pinus
- Cannabis
Biasanya di keringkan dan ditumbuk. Candu putih yg asli setahu saya dari
campuran extract apple yang terfermentasi + getah opium.
Pembuatan Kapsul Aura atau Bedak Aura :
Kapsul Aura atau Bedak Aura biasa menggunakan bahan dasar dari beras yang di
rendam air kemudian di tumbu. Fungsinya ialah sebagai pelembab sekaligus
pendingin hal ini merupakan dasar pembuatan dari sebuah bedak
dimana campuran2 nya bisa diimplementasikan kedalam capsul yg bisa menjadi
sebagai capsul aura.
Contoh campuran yang bisa dikombinasikan dengan beras adalah :
-Extract Castury
-Debu Emas
-Debu Berlian
-Extract Cinnamon
-Extract Jeruk
-Extract Cendana
Minyak Untuk Tujuan Pengolesan Benda Bertuah :
1. Minyak Bumi. Minyak Bumi yang keluar pertamakali dalam perut bumi pada saat
pengeboran pertama ialah salah 1 minyak yang dapat membooster energi dan
khasiat dari benda2 tersebut.
2. Atau bisa menggunakan komposisi ini :
Gabungan dari :
1. Minyak misik hitam
2. Minyak Jaffaron
3. Minyak Melati keraton
4. Minyak Cendana
5. Minyak Hajar Aswad
6. Minyak Gaharu
7. Minyak Cempaka
8. Minyak Kasturi
Dengan perbandingan 1:1 dan dapat meningkatkan energi dan khasiat benda2
tersebut juga.
Campuran Minyak Untuk Mandi Kembang : Bisa dipilih dan tidak harus semuanya.
- Misik Hitam
- Misik Putih
- Cendana
- Malaikat subuh
- Cempaka
- zafaron
- hajar aswad
- kenanga
- Kasturi
- Ambar
- Gaharu
- Duyung
- Sedap Malam
- Melati Keraton
- Mawar
- 2000 bunga
- 1000 bunga
- Minyak Zaitun / olive oil
PENGGUNAAN MINYAK :
Penggunaan minyak berkaitan dengan pengaktifan titik2 pada tubuh kita seperti
di :
- pergelangan tangan…
- telapak tangan
- kening
- ubun2
- dada
- tiap persendian
- tiap cakra
- tiap titik lathoif
Hubungan Minyak Dengan Pembangkitan 7 Chakra Dapat di Jelaskan sbb :
1. Minyak Misik Hitam (Chakra Dasar)
2. Minyak Jaffaron (Chakra Seks)
3. Minyak Melati keraton (Chakra Jantung)
4. Minyak Cendana (Chakra Ajna)
5. Minyak Hajar Aswad (Chakra Mahkota)
6. Minyak Gaharu (Chakra ajna)
7. Minyak Kasturi (Chakra minor didaerah urat nadi kita dan atau untuk Chakra
Tenggorokan)
Metoda Pendeteksian Vibrasi pada Minyak :
1. Mendeteksi dengan pendulum yaitu minyak asli yg belum dicampur kita deteksi
dengan pendulum kemudian cobalah mencampur dengan dosis tertentu kita cek lagi
bagaimana hasilnya jika minyak 1 tarik menarik minyak ke 2 tolak menolak dipastikan
tidak akan berhasil untuk menciptakan minyak jenis penarik. Jika fungsinya
sudah saling memperkuat maka minyak tersebut sudah siap dipakai. Tinggal di
empowerment lebih lanjut lagi dan di treatment khusus.
2. Mendeteksi dengan telapak tangan dan merasakan jenis minyak tersebut menarik
atau menolak untuk jenis pemikat biasanya jenis yang menarik.
3. Mendeteksi dengan vibrasi tiap chakra.
4. Mendeteksi dengan terawangan dan keilmuan.
MENENTUKAN KEASLIAN SEBUAH MINYAK
Menentukan keaslian sebuah minyak ditentukan oleh :
1. Viskositas atau Kekentalan dari minyak tersebut. Tidak semua minyak asli
harus kental atau cair. Kekentalan bukan sebuah tolak ukur karena tergantung
dari kadar minyak dan bahan baku minyak tersebut.
2. Color atau Warna. Banyak opini menyebutkan bahwa warna minyak yang asli
berwarna kuning, merah, hitam, hijau dan biru. Sementara yang berwarna putih
atau bening sering disebut jelek atau tidak asli. Karena semua warna minyak
yang tercipta dari bahan baku dan teknik penyaringan atau filtrasi minyaknya.
3. Source atau Asal dari Minyak tersebut. Banyak orang yg menghubungkan negara
Saudia Arabia dengan keaslian minyak. Karena sebagian besar minyak bunga2an
berasal dari negara France atau Perancis sementara minyak kayu2an dan buah2an lebih
banyak berasal dari Germany atau Jerman.
BERBAGAI MACAM JENIS BUHUR
1. Buhur Ambar
2. Buhur Maghribi
3. Buhur Bukhori
4. Buhur Sulaeman
5. Buhur Sulthoni
6. Buhur Malik(Malikul Buhur)
Buhur adalah saripati kemenyan dr arab yg dibakar lalu proses selanjutnya
disuling dan disaring hingga akhirnya menghasilkan aroma yg sangat “kuat dan
Khas”.
Buhur Ambar dan Buhur Maghribi dipercaya di ekstrak dari bahan yang sama.
Sementara Buhur bukhori sepertinya itu campuran beberapa rempah yang didalamnya
terdapat extract jafaron serta kayumanis. Khusus Buhur Ambar dari fosil getah
mas yang dipanaskan menjadi gel, sedangkan untuk minyak ambarnya dipanaskan
hingga mencair. Getah tersebut biasanya kebanyakan dari getah pinus/pine.
Dari: berbagai sumber.